Jumat 04 Sep 2020 00:31 WIB

Wiku: Kasus Kematian di Jateng Perlu Perhatian Serius

Angka kasus meninggal di Jawa Tengah cukup tinggi yakni 7,22 persen.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
Petugas memakamkan jenazah Covid-19 di TPU. Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan adanya peningkatan jumlah kasus kematian pasien Covid-19 di Indonesia dalam sepekan terakhir sebesar 24,4 persen. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas memakamkan jenazah Covid-19 di TPU. Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan adanya peningkatan jumlah kasus kematian pasien Covid-19 di Indonesia dalam sepekan terakhir sebesar 24,4 persen. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kasus kematian di Provinsi Jawa Tengah perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah. Sebab, kata dia, angka kasus meninggal di Jawa Tengah cukup tinggi yakni 7,22 persen atau 1.043 kasus, di atas angka nasional yang sebesar 4,2 persen.

“Kasus meninggal di Jawa Tengah perlu mendapatkan perhatian yang serius karena angkanya cukup tinggi yaitu 7,22 persen, di mana angka nasional 4,2 persen,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (3/9).

Dia mengatakan, secara umum kasus covid di Jawa Tengah mengalami fluktuasi, tapi cenderung terus menurun sejak Juli. Per 2 September, jumlah kasus akumulatif covid di Jateng sebanyak 14.428 dengan kasus aktif sebesar 28,35 persen atau 4.091. Sedangkan kasus sembuh sebanyak 64,41 persen atau 9.294 kasus.

“Dengan angka tersebut kasus aktif di Jawa Tengah termasuk ke dalam kasus aktif yang rendah meskipun masih lebih tinggi dari persentase kasus aktif nasional yaitu 24,1 persen,” jelas Wiku.

Wiku menyebut, jumlah kasus tertinggi yakni di Kota Semarang dengan 7.832 kasus, Kabupaten Jepara 580 kasus, dan Kota Surakarta 546 kasus. Sedangkan jumlah akumulatif kasus kematian terbanyak juga ada di Kota Semarang dengan 490 kasus, Kabupaten Demak 110 kasus, Kabupaten Kudus 63, Kabupaten Jepara 42, dan Kota Surakarta 34 kasus.

“Dari zona risiko terdapat 11 kabupaten/kota dengan risiko rendah, 21 kabupaten/kota dengan risiko sedang, 3 kabupaten/kota dengan risiko tinggi,” jelas dia.

Wiku pun menyampaikan, 54 persen kasus di Jawa Tengah ini terpusat di Kota Semarang. Karena itu, ia meminta pemerintah daerah, khususnya Pemkot Semarang agar berupaya keras menekan angka kenaikan kasus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement