REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Sebagai pihak yang sering bertemu langsung dengan masyarakat dan juga santri, ulama dan juga pengasuh pondok pesantren (ponpes) memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan juga para santri untuk memberikan penjelasan mengenai bahaya paham radikal terorisme dan upaya pencegahannya khususnya di lingkungan pondok pesantren.
"Peran ulama sangat besar sekali. Karena ulama ini sehari harinya bertemu dengan umat dan juga bertemu juga di kalangan pondok pesantren dengan para santri. Sehingga ulama ini memiliki peran yang begitu besar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan juga terhadap para santrinya mengenai bahayanya paham radikal terorisme tersebut," ujar Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar, pada acara Silaturahmi Kebangsaan dalam rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme yang berlangsung di Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan, Surakarta, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut Kepala BNPT mengungkapkan bahwa dengan adanya edukasi yang diberikan ulama tersebut tentunya masyarakat pada umumnya dan juga para santri dapat mewaspadai terhadap adanya ajakan-ajakan melakukan tindakan radikalisme.
"Dengan adanya kerja sama ini setidaknya dari ulama terutama para ustaz yang ada di kalangan pondok pesantren ini bisa terus mengingatkan kepada generasi muda dari waktu ke waktu, terutama mereka yang menjalankan pendidikan di lingkungan pondok pesantren ini," ujar mantan Kapolda Papua ini
Dalam melakukan pertemuan tersebut Kepala BNPT juga berkesempatan menyampaikan perkembangan aktivitas terorisme terkini termasuk keberadaan Warga Negara Indonesia (WNI) yang kini terjebak di pengungsian Suriah akibat propaganda yang dilakukan kelompok radikal yang tidak bertanggung jawab.
Hal tersebut tentunya dapat dijadikan pembelajaran bagi ulama dan santri agar tidak mudah terpengaruh terhadap propaganda yang terus dilancarakan kelompok radikal terorisme utamanya melalui media sosial. Kepada para santri dan jajaran pesantren Al Muayyad, Kepala BNPT kembali mengingatkan mengenai kedudukan Pancasila dalam berkehidupan serta pedoman dalam menghadapi radikalisme di dunia maya maupun secara langsung.
"Sebagai insan beragama namun melakukan kekerasan atas nama agama hal tersebut tentunya kontradiktif. Untuk itu perlu diiringi sikap dan semangat dalam menghargai perbedaan dan keberagaman. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki falsafah negara Pancasila dan agama yang mengakomodir dan yang menyeimbangkan di tengah perpecahan. Dan Pancasila akan menjadi jalan tengah, penyeimbang ditengah keberagaman untuk mereduksi radikal intoleran. Itulah Pancasila sebagi standaridasi moral untuk berkehidupan bersama, hidup bermasyarakat yang aman dan damai," ujar mantan Waka Lemdiklat Polri ini.
Untuk itulah Kepala BNPT mengatakan bahwa pihaknya bersyukur bisa melanjutkan silaturahmi tersebut yang salah satunya ke Pondok Pesantren Al Muayyad ini. Yang mana dalam silaturahmi tersebut pihaknya dapat bertenu langsung dengan unsur pimpinan Pondok Pesantren Al Muayyad. Sehingga upaya untuk mencegah agar paham paham radikalisme dan intoleransi, radikal teror di negara ini bisa diatasi bersama berkat adanya kerjasama antara unsur umaro dan ulama.