REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Pesantren adalah salah satu tempat mendidik para generasi muda untuk dapat memperdalam ilmu agama agar bisa menjadi pemimpin baik itu pemimpin dalam doa, imam salat, dan memimpin pengajian. Namun pesantren kini memadukan ilmu agama dengan ilmu umum yang dipelajari oleh siswa di luar pesantren.
Karena begitu lulus dari pesantren, seorang santri tidak hanya pandai ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu umum yang diharapkan juga bisa dapat menjadi pemimpin di negeri ini di kemudian hari nantinya. Dengan begitu, jika dia menjadi pemimpin, dia akan menjadi pemimpin yang banyak membawa maslahat bagi rakyatnya.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan bahwa sebagai salah satu tempat untuk mendidik para generasi muda, maka pondok pesantren juga harus dapat melindungi para santri dan santriawatinya agar tidak mudah terhasut propaganda kelompok radikal.
"Tentunya kita tetap menginginkan adanya sebuah kehidupan yang harmoni, terwujudnya ukhuwah islamiyah di antara kita semuanya di antara umat dan tentunya peran dari Pondok Pesantren sangat strategis. Karena Pondok Pesantren ini membina anak-anak generasi muda Indonesia,” ujarnya saat melakukan Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) dan Tokoh Agama yang berlangsung di Pondok Pesantren Ihya’ul Qur’an, Kabupaten Wonogiri akhir pekan lalu.
Kepala BNPT mengatakan bahwa dalam melakukan upaya pencegahan paham radikal terorisme kepada generasi muda tersebut tentu perlu adanya komunikasi yang intensif dengan para alim ulama ataupun dengan para pimpinan pondok pesantren.
"Kita harus bisa membuka ruang komunikasi yang konstruktif, menjaga agar anak muda kita tidak mudah terpapar yang untuk hal-hal yang sifatnya mengarah kepada sikap-sikap yang intoleran dan bahkan melakukan tindakan yang destruktif . Itu yang bisa tidak diinginkan," ujar mantan Waka Lemdiklat Polri tersebut.
Oleh karenanya Kepala BNPT berharap kepada Forkompinda, tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk kiranya bisa terus memberikan bimbingan kepada para generasi muda agar nantinya bisamenjadi generasi yang cinta kepada negara Republik Indonesia ini Apalagi di era teknologi informasi yang makin berkembang ini pengaruh media sosial saat ini sungguh luar biasa
"Karena propaganda yang terbanyak pada hari ini tentunya melalui media sosial. Dan ini tentunya kita harus bijak dalam menggunakan ataupun memanfaatkan informasi pada media sosial karena dari pengguna media sosial kita ketahui di Indonesia ini adalah umumnya para generasi muda," ujar mantan Kapolda Papua ini.
Menurutnya, Indonesia saat ini sedang menghadapi bonus demografi sampai dengan tahun 2045, sehingga generasi usia produktif ini sangat dominan. Oleh karena itu dalam penggunaan media sosial ini juga tentu perlu adanya bimbingan yang dilakukan dengan langkah-langkah literasi maupun edukasi kepada generasi muda kita.
"Karena tidak semua isi informasi yang ada di media sosial itu adalah bersifat positif. Karena ada yang sifatnya menyebarkan paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Ada yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, ada yang mempromosikan cara-cara kekerasan atau destruktif dengan menyikapi suatu keadaan," ujar alumni Akpol tahun 1988 ini.