REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kediri mengirim anak kucing hutan (Prionailurus Bengalensis) temuan warga ke penampungan sementara milik BKSDA Jatim di Surabaya. Pengiriman kucing hutan tersebut untuk mengevaluasi kesiapan satwa langka dan dilindungi itu dilepasliarkan di habitat aslinya.
"Karena ini masih kecil, akan kami kirim dulu ke Balai Konservasi (BKSDA) di Surabaya untuk dirawat dan dievaluasi kondisinya hingga benar-benar siap dirilis (dilepasliarkan) ke alam," kata Pelaksana Tugas Kepala BKSDA Kediri, Daru Sudiro dikonfirmasi melalui telepon di Kediri, Rabu (26/8).
Menurut dia, mengirim anak kucing hutan hasil penyerahan suka rela warga ke penangkaran sementara di Balai Konservasi di Surabaya adalah pilihan terbaik. Sebab di BKSDA Kediri tidak ada tempat penampungan untuk satwa yang masuk kategori appendix II atau langka dan dilindungi. Selain itu, anggaran juga terbatas dan tenaga dokter hewan juga tidak ada.
Berbeda dengan di BKSDA Jatim di Surabaya yang memiliki penangkaran atau penampungan satwa yang memadai. Tenaga yang merawat juga ada, termasuk dokter hewan, sehingga bisa memantau serta mengevaluasi kesiapan atau ketidaksiapan satwa untuk dilepasliarkan di alam bebas.
"Jika hasil evaluasi ternyata satwa itu tidak cukup siap untuk dirilis (dilepasliarkan) yang pilihannya adalah dipelihara di penangkaran milik BKSDA atau dititipkan ke tempat atau lembaga yang memiliki visi dan misi konservasi," kata Daru.
Dia mengatakan, melepas satwa yang sudah tidak memiliki sifat liar karena lama hidup dalam kandang akan sangat berisiko terhadap keselamatan satwa itu sendiri. "Kalau masih liar biasanya dia akan lebih mudah bertahan hidup di alam bebas yang menjadi habitat aslinya," kata Daru.
Dia tak bisa memastikan sampai kapan anak kucing hutan temuan warga Desa Jetis, Kecamatan Wates, Kediri itu akan ditampung di penangkaran sementara. Daru mengatakan evaluasi akan dilakukan tim dokter hewan BKSDA Jatim di Surabaya dengan pertimbangan azas konservasi serta kesejahteraan binatang.
Sejumlah pecinta satwa yang tergabung dalam Lembaga Edukasi Satwa Cinta Satwa dan Konservasi (Les-Cakra) menyerahkan seekor anak kucing hutan atau macan rembah Jawa (Prionailurus Bengalensis) ke BKSDA Kediri pada Selasa (25/8). Kucing hutan dengan pola bulu belang dan kaki-kaki panjang dengan muka lonjong bulat mirip harimau kecil itu merupakan hasil temuan warga di sebuah rumah pinggiran di Desa Jetis, Kecamatan Wates, Kediri pada 17 Agustus, dua pekan lalu.
Dua aktivis Les-Cakra yang mengetahui temuan anak kucing hutan Jawa itu lalu bergegas mengedukasi warga yang menemukan satwa dilindungi itu hingga akhirnya satwa berhasil dievakuasi untuk selanjutnya diserahkan ke BKSDA Kediri.