REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya sedang menyiapkan formula baru agar pekerja seni di Ibu kota Provinsi Jawa Timur tetap bisa berkarya dan berkreasi meski di tengah pandemi Covid-19. Hal ini sebagai komitmen Pemkot Surabaya kepada pekerja seni.
"Sebetulnya dari hasil analisa kajian dan masukan dari Persakmi (Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesian) bahwa untuk tampilan seni di tempat terbuka memiliki peluang yang cukup besar di dalam penyebaran dan penularan Covid-19. Sehingga dari sarannya untuk tidak dilakukan saat ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti usai menggelar rapat bersama Perhimpunan Sarjana dan Persakmi di Balai Kota Surabaya, Rabu (26/8).
Namun, kata dia, Pemkot Surabaya tetap berkomitmen ingin memberikan ruang gerak bagi seniman, budayawan, atau pekerja seni untuk bisa tetap berkarya dan berkreasi. Tentunya, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
"Sehingga kita mencari pola baru bagaimana pekerja seni tetap bisa berproduksi, berkarya dan bisa mendapatkan penghasilan, tetapi tetap memperhatikan bagaimana pengamanan supaya tidak terjadi klaster baru di dalam Covid-19 ini," katanya.
Saat ini, Disbudpar tengah menyiapkan dua pola, yakni interaktif dan non interaktif. "Interaktif itu bisa melalui misalnya, zoom, streaming dalam bentuk misalnya lewat Instagram dan Youtube. Sedangkan non-interaktif, itu bisa melalui taping (siaran) di media televisi," katanya.
Karena itu, lanjut dia, tidak memungkinkan nantinya Disbudpar bakal menggandeng media, maupun industri pariwisata untuk bisa berkolaborasi bersama memberikan ruang gerak yang lebih bagi para seniman dan budayawan.
Dalam waktu dekat, kata dia, Disbudpar Surabaya bakal menggelar rapat bersama seniman, budayawan, serta media. Hal ini dilakukan untuk mendapat masukan-masukan dari berbagai pihak sebelum konsep itu diterapkan.
"Di mana produksinya nanti akan kita buat, kemudian konsep produksinya seperti apa, yang tampil modelnya seperti apa. Kita memiliki beberapa pola alternatif yang akan kita tayangkan, di antaranya menggunakan media yang interaktif dan non-interaktif," ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPB) dan Linmas Surabaya Irvan Widyanto menyatakan bahwa pekerja seni di Surabaya tetap bisa tampil, tetapi dengan mengedepankan protokol kesehatan ketat. Selain itu, dalam pertunjukkan nanti, tidak menimbulkan kerumunan dengan cara-cara format yang antimainstream.
"Yang penting seniman tampil. Kemudian format tontonannya pun bisa diseleksi hanya ada beberapa orang, kemudian dikedepankan melalui daring. Yang penting kemasannya harus bisa menarik," ujarnya.
Irvan memastikan dalam waktu dekat, formula itu akan segera direalisasikan. Namun, yang pasti bahwa selama ini Pemkot Surabaya terus berupaya agar bagaimana pekerja seni di Kota Pahlawan tetap bisa berkarya meski di tengah pandemi Covid-19 sehingga pertunjukkan yang digelar nantinya tidak harus di Sentra Wisata Kuliner (SWK) ataupun taman.
"Jadi tidak mengacu waktu dan tempat. Kenapa kok tidak? Kan intinya seniman bisa menyalurkan bakatnya. Yang kedua dia kan bisa bekerja, mendapatkan honor dan sebagainya. Jadi tidak perlu harus di SWK atau di taman," katanya.