Rabu 26 Aug 2020 18:10 WIB

Beberapa Industri Pertahanan akan Disatukan dalam Holding

PT Len, PT DI, Pindad, dan Dahana dimerger jadi holding klaster industri pertahanan.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Diskusi virtual yang diadakan Jakarta Defence Studies (JDS) dengan tema
Foto: Erik PP
Diskusi virtual yang diadakan Jakarta Defence Studies (JDS) dengan tema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sedang merumuskan untuk membuat klaster holding industri pertahanan (indhan) dalam negeri. Holding industri pertahanan akan menggabungkan PT Len Industri, PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, dan PT Dahana. Hal itu dilakukan agar indhan bisa lebih efisien dan besar dalam memasok memasok kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, Polri, dan lembaga keamanan lain, seperti Badan Keamanan Laut (Bakamla) serta Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN).

Direktur Utama (Dirut) PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin, menjelaskan, pihaknya sedang dalam proses membangun konsolidasi dan sinkronisasi untuk memperkuat indhan supaya memiliki daya saing dan bisa mandiri. Hanya saja, Zakky tidak menyinggung kapan kepastian holding indhan tersebut terbentuk.

"LEN memimpin klaster industri pertahaan, di bawahnya ada PT DI, Pindad, dan Dahana. Kita sedang berporoses jadi satu holding menjadi satu indhan, agar maju, mandiri, dan berdaya saing, dan terkemuka di regional Asia," kata Zakky dalam diskusi virtual yang diadakan Jakarta Defence Studies (JDS) dengan tema 'Tantangan Perang Generasi Keenam Versus Kemandirian Industri Pertahanan' di Jakarta, Rabu (26/8).

Hadir sebagai pemateri Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan 2019-2020 Laksdya (Purn) Agus Setiadji, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Pindad Ade Bagdja, dan Ketua Harian Persatuan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) Mayjen (Purn) Jan Pieter Ate.

Menurut Zakky, indhan  milik pemerintah sedang membuat master plan agar bisa tembus di urutan 50 besar (top fifty) perusahaan indhan dunia. Target lainnya yang harus tercapai pada 2024, sambung dia, kontribusi indhan nasional bisa membuat produk dengan komponen lokal mencapai 50 persen. Untuk mewujudkan itu semua, Zakky menyebut, industri pertahanan BUMN harus bersinergi dan berada dalam satu klaster untuk memperkuat finansial dan mengintegrasikan rantai pasokan dan ekosistem.

"Ekosistem harus kerja sama semua yang ada di Indonesia, termasuk dengan BUMS (badan usaha milik swasta). Ini yang kita bangun menjadi kekuatan industri pertahanan nasional. Ini road map 2020-2024, ini program unggulan, kita inisiasi dan target kami sampaikan agar bisa kita capai," kata Zakky.

Zakky melanjutkan, upaya membuat holding indhan untuk menaikkan omzet penjualan. Menurut dia, holding dan merger dilakukan juga agar tidak ada dobel investasi yang selama ini dilakukan bebeberapa indhan. "Investasi peralatan akan diatur sedemikian rupa, jangan sampai Len investasi, di tempat lain PT DI, Pindad, melakukan hal sama, ke depan akan diintegrasikan hal tersebut," kata dia.

Zakky melanjutkan, dengan pendirian holding maka indhan bisa meningkatkan sumber daya manusia (SDA), dan melakukan penilaian terhadap talenta perusahaan. Ujung dari semua itu nanti indhan saling terintegrasi dan menjadi BUMN yang kuat untuk mendukung pertahanan negara dan perekonomian nasional.

"Jangan sampai indhan cakar-cakaran, bertengakr satu dengan lainnya, BUMN dan BUMS memperebutkan beberapa hal yang sama. Harus ada yang diproritaskan, tentunya tidak itu-itu saja, karena itu perlu renstra perlu diwujudkan," kata Zakky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement