Rabu 26 Aug 2020 18:05 WIB

Cadangan Pangan yang Ada di Jabar Aman, Capai 2.099 Ton

Jumlah tersebut belum termasuk lumbung pangan masyarakat yang ada di 1.744 lumbung.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Tim Satgas Pangan Jabar melakukan sidak ke Pasar Andir, Kota Bandung, guna mengecek ketersedian stok pangan.
Foto: dok. Humas Polda Jabar
Tim Satgas Pangan Jabar melakukan sidak ke Pasar Andir, Kota Bandung, guna mengecek ketersedian stok pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masyarakat Jabar, tak perlu khawatir. Karena, walaupun pandemi Covid-19, cadangan pangan di Jabar masih aman. Menurut Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Sebagai Dampak Pandemi Covid-19 Jawa Barat, Ketua Pokja Ketahanan Pangan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar Jafar  Ismail, Provinsi Jabar memiliki cadangan pangan pemerintah daerah baik di provinsi maupun kabupaten kota. 

"Sampai di bulan Agustus cadangan pangan pemerintah daerah dalam artian beras terdapat 610 ton di provinsi, kemudian 1.489 kg di kota kabupaten jadi total 2.099 ton," ujar Jafar kepada wartawan belum lama ini.

Jafar mengatakan, jumlah tersebut belum termasuk lumbung pangan masyarakat yang ada di 1.744 lumbung. Jadi, prognosa ketahanan pangan di Jabar sampai 2020 ini relatif aman. 

Jafar menjelaskan, dari 14 komoditas strategis, diperkirakan bahan pangan seperti beras masih surplus, dan jagung juga. Namun, yang minus itu kedelai, cabe rawit, bawang putih, daging sapi, telur dan susu cair. Sedangkan yang lainnya, diperkirakan masih surplus. 

Kemudian, kata dia, dari pergerakan harga selama pandemi pun tidak ada kenaikan drastis kecuali daging ayam ada peningkatan. Sementara yang lainnya stabil tetapi ada penurunan permintaan di masa akhir pandemi.

"Ketahanan pangan untuk 50 juta penduduk Jabar insyaaalah aman sampai 2020," tegasnya.

Menurut Jafar, pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketahanan pangan ini. Yakni, dengan mempercepat musim tanam tersebut sudah dilakukan sehingga tahun ini yang diperkirakan kemarau panjang tidak terjadi. 

Dari koordinasi dengan BMKG, kata dia, kondisi musim tahun ini relatif sama dengan tahun lalu jadi dari segi produski untuk tahun ini diperkirakan akan sama dengan tahun lalu. Sehingga, tidak ada pegrerakan yang menonjol jadi aman untuk 2020.

Upaya lainnya, kata dia, masa pademi ini pihaknya mendorong masyarakat melakukan pemanfaatan lahan pekarangan pangan lestari (P2L). Saat ini, di Jabar sudah banyak yang menerapkan P2L, kurang lebih 302 kwt (kelompok wanita tani) yang tersebar di kabupaten kota di Jabar yang tujuannya untuk berkelompok untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk wilayah itu.  Setiap kelompok tersebut, untuk yang permulaan diberikan stimulus Rp 50 juta untuk pengadaan kebun bibit, demplot dan pemeiliharaan.

"Itu diharapkan bisa penuhi kebutuhan pangan daerah sekitar. Kalau isudah memenuhi daerah itu bisa menjual. Kebetulan KWT itu ada di KBB, sudah jadi juara nasional P2L," kata Jafar.

Selain KWT, kata dia, ada 75 kelompok PUPM (pengembangan usah pangan masyarakat) dengan mengembangkan gapoktan unuk menjual hasil pangan mereka ke Toko Tani Indonesia Center (TTIC).

"Kendala untuk di Jabar lebih ke edukasi ke masyarakat, mereka masih sulit mengurangi konsumsi nasi karena belum disebut makan, kalau belum makan nasi. Jadi perlu edukasi terus," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, Pemprov Jabar menggalakkan program kenyang tidak harus sama nasi. Program ini dicanangkan oleh kementerian pertanian pada 19 Agustus lalu, di seluruh provinsi di Indonesia. "Nah Jabar diberi tugas diversifikasi singkong dan kentang,"katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement