Jumat 21 Aug 2020 18:45 WIB

Molekul The Triad Bantu Prediksi Tingkat Keparahan Covid-19

Tiga molekul yang dijuluki 'the triad' bisa indikasikan keparahan Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas kesehatan memindahkan pasien yang diduga terinfeksi Covid-19 ke Rumah Sakit HRAN khusus perawatan kasus baru virus corona, di Brasilia, Brasil, Senin, 3 Agustus 2020. Keparahan pasien Covid-19 bisa diprediksi lewat tiga molekul yang disebut the triad.
Foto: AP/Eraldo Peres
Petugas kesehatan memindahkan pasien yang diduga terinfeksi Covid-19 ke Rumah Sakit HRAN khusus perawatan kasus baru virus corona, di Brasilia, Brasil, Senin, 3 Agustus 2020. Keparahan pasien Covid-19 bisa diprediksi lewat tiga molekul yang disebut the triad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti berhasil menemukan tiga molekul yang dapat memprediksi tingkat keparahan Covid-19 pada pasien. Ketiga molekul ini dapat ditemukan melalui tes darah.

Temuan ini diungkapkan dalam jurnal Nature Medicine oleh tim peneliti dari King's College London, Francis Crick Institute, serta NHS Foundation Trust. Temuan baru ini diyakini dapat membantu dalam upaya perawatan pasien Covid-19.

Baca Juga

Temuan ini didasarkan pada analisis sampel darah dari 63 pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Dari analisis sampel darah ini, tim peneliti menemukan tiga molekul yang dapat mengindikasikan bagaimana perkembangan Covid-19 pada pasien.

Ketiga molekul tersebut adalah IP-10, interlukin-10, dan interlukin-6. Tim peneliti menjuluki ketiga molekul tersebut sebagai "the triad".

Bila pasien memiliki kadar yang tinggi untuk ketiga molekul ini saat pertama kali dibawa ke rumah sakit, pasien tersebut memiliki kemungkinan untuk mengalami gejala Covid-19 berat di kemudian hari. Selain itu, tim peneliti juga menemukan bahwa pengukuran kadar IP-10 di hari pertama pasien Covid-19 dirawat merupakan cara yang paling akurat untuk memprediksi berapa lama pasien akan dirawat di rumah sakit.

Saat ini tim peneliti sedang berupaya melakukan kolaborasi lanjutan. Kolaborasi baru ini bertujuan untuk menembangkan tes yang mudah dilakukan untuk mengukur ketiga molekul ini.

"Kita perlu melengkapi dokter-dokter kita dengan alat-alat untuk membuat penilaian informasi mengenai pasien mana yang kemungkinan akan membaik dan mana yang kemungkinan akan membutuhkan perawatan lebih mendesak," jelas Profesor Adrian Hayday dari School of Immunology and Microbial Sciences, seperti dilansir King's College London.

Dr Manu Shankar-Hari dari School of Immunology and Microbial Sciences mengatakan, situasi saat ini dan beberapa bulan ke depan masih dipenuhi banyak ketidakpastian. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pengetahuan baru ini.

"Untuk memberikan setiap pasien kesempatan terbaik dalam mencapai pemulihan penuh," kata Shankar-Hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement