REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat menggalakkan gerakan diversifikasi pangan lokal. Utamanya, untuk makanan-makanan berbahan dasar non beras seperti singkong, ketela, tales, garut, kentang, hingga jagung. Menurutnya, selain mendukung program pemerintah, gerakan ini juga bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air sekaligus meningkatkan pertumbuhan UMKM.
“Hari ini kita bisa membangun patriotisme dan nasionalisme melalui Diplomasi Makanan Lokal. Betapa tidak tiwul dan gatot dari Blitar ternyata saat pandemi Covid-19 pun tetap bisa ekspor ke Taiwan, Hongkong, Malaysia, dan Singapore,” kata Khofifah di Surabaya, Jumat (21/8).
Khofifah mengatakan, beberapa produk olahan makanan non beras yang mampu menembus pasar ekspor seperti gatot dan tiwul, ternyata memiliki pasar fanatik terutana warga Jatim yang berada di luar negeri. Bahkan, dalam satu bulan salah satu pengusaha gatot dan tiwul mampu mengirimkan hingga 2 kontainer ke Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Singapura.
"Tiwul dan gatot ini pun juga sudah dikemas sedemikian rupa sehingga bisa dikirim ke luar negeri tanpa mengurangi rasa dan kandungan vitamin di dalamnya. Masyarakat Indonesia khususnya Jatim juga harus bisa mengkonsumsi sekaligus memasarkan makanan lokal ini," ujar Khofifah.
Khofifah mengatakan, 33 persen PDRB Jawa Timur disumbang oleh ondustri makanan dan minuman. Melihat fakta tersebut, menurutnya penguatan masif kepada sektor mamin, utamanya pengenalan pada produk berbahan baku pangan lokal seperti ganyong, garut, dan jelarot, menjadi satu hal yang menjanjikan.
“Itu artinya bahwa, kalau ini bisa kita kembangkan, rasanya ini akan memberikan siginifikansi terhadap kemungkinan berkurangnya impor gandum mengingat opsi bahan baku kue menjadi variatif,” kata dia.
Khofifah menyampaikan, Nilai Tukar Petani (NTP) Jatim mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen. Menurutnya, kabar baik ini juga harus didukung dengan upaya dari sektor industrinya sebagai bentuk dukungan pada pemulihan ekonomi. “Saya rasa pemulihan ekonomi dari tanam, petik, olah, kemas, jual bisa lebih dimaksimalkan,” ujarnya.
Hendro, salah seorang pengusaha yang selama ini bergerak dalam produksi tiwul dan gatot menyampaikan, produknya ini sudah diekspor ke beberapa negara dalam tiga tahun terakhir. Dalam satu bulan, Hendro bisa mengirimkan dua kontainer ke Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Singapura.
Untuk wilayah lokal, dirinya berencana melakukan ekspansi ke wilayah perkotaan dimana masih awam terhadap keberadaan tiwul dan gatot yang merpakan jajan tradisional. Pengolahannya, kata dia, tiwul dan gatot diolah hingga matang, kemudian dikeringkan menjadi bentuk granul. Sehingga bisa tahan selama satu tahun.
"Dengan pengemasan semacam itu, tiwul dan gatot bisa dikirim ke luar negeri tanpa mengurangi rasa dan kandungan vitamin di dalamnya. Pengolahannya pun aman dikonsumsi, hanya perlu diberi air panas kemudian bisa disantap," ujar Hendro.