Kamis 20 Aug 2020 20:05 WIB

Longsor Masih Dominasi Bencana di Kota Sukabumi

Sebanyak 46 longsor terjadi di Kota Sukabumi sepanjang tahun ini.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Ilham Tirta
Warga melihat tebing yang longsor di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (15/01/2019).
Foto: Antara/Nurul Ramadhan
Warga melihat tebing yang longsor di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (15/01/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kejadian longsor masih mendominasi bencana di Kota Sukabumi. Hal ini didasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi dalam rentang waktu Januari hingga Juli 2020.

''Total kasus bencana pada Januari hingga Juli 2020 sebanyak 116 kejadian bencana,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami kepada Republika.co.id, Kamis (20/8).

Dari data tersebut, bencana longsor paling mendominasi dibandingkan yang lain.

Rinciannya, bencana angin kencang dua kasus, banjir 14 kasus, cuaca esktrem 33 kejadian, kebakaran 11 kasus, longsor 46, dan gempa 10 kasus. Kondisi ini menunjukan kasus bencana tertinggi di Kota Sukabumi adalah longsor dan cuaca ekstrem.

Di sisi lain, kata Zulkarnain, kasus bencana terbesar terjadi pada bulan Maret dan Mei. Pada Januari terjadi 16 kasus, Februari 14 kasus, Maret 29 kasus, April 19 kasus, Mei 26 kasus, Juni 7 kasus, dan Juli 5 kasus.

Kota Sukabumi siaga menghadapi potensi puncak kemarau pada Agustus 2020. Biasanya, akan terjadi kekeringan berupa kesulitan air bersih. ''Kami siaga menghadapi prediksi puncak kekeringan di Agustus,'' kata Zulkarnain. Hal ini didasarkan prediksi puncak kemarau dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Menurut Zulkarnain, semua kecamatan di kota harus mulai menyiapkan diri dalam menghadapi kemarau. Langkah antisipasi diperlukan karena jangan sampai masyarakat kekurangan air bersih yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BPBD sudah melakukan pemetaan daerah ke seluruh kelurahan dan berkoordinasi dengan PDAM dan semua kecamatan berpotensi mengalami dampak kekeringan. Upaya tersebut untuk menyiapkan suplai air dan distribusi bagi warga yang kekurangan air.

Zulkarnain menerangkan, selain kekeringan, di Agustus ini juga ada potensi bencana lainnya seperti pergerakan tanah dan banjir bandang. '' Petugas di lapangan lebih rajin cek wilayah karena menurut PVMBG bahwa ada potensi prakiraan gerakan tanah dan banjir bandang di Agustus 2020,'' kata dia.

Pengecekan dikhususkan di enam kecamatan rawan, yaitu Kecamatan Cikole, Gunung Puyuh, Warudoyong, Cibeureum, Lembursitu, dan Citamiang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement