Kamis 20 Aug 2020 11:16 WIB

Pemkot Jaksel Bantah Sengaja Takuti Warga Lewat Peti Mati

Replika peti mati ibarat pesan di kemasan rokok yang menjadi bentuk peringatan.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Tugu peti mati Covid-19 di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Selasa (18/8).
Foto: Shabrina Zakaria
Tugu peti mati Covid-19 di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Selasa (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Replika peti jenazah Covid-19 yang diletakkan di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan mendapatkan berbagai tanggapan dari warga. Ada yang menganggap replika tersebut malah menakut-nakuti, tapi ada juga yang setuju karena tujuannya untuk sosialisasi kepada warga.

“Bukan untuk menakut-nakuti. Ini salah satu cara mensosialisasikan dan memberi pesan moril kepada warga kalau kita harus menaati protokol kesehatan,” kata Lurah Bangka, Nofia Ernita kepada Republika, Rabu (19/8).

Ditambah lagi, di bawah replika peti jenazah terdapat data akumulasi korban Covid-19 di Kecamatan Mampang Prapatan. Data tersebut, menurut Nofia, diperbarui seminggu sekali setiap hari Senin jika ada perubahan.

Nofia menjelaskan, replika peti jenazah tersebut sengaja diletakkan di pertigaan Jalan Kemang Raya karena tempat tersebut strategis dan lalu lintasnya cenderung ramai.

“Jadi replikanya bisa terlihat dari segala penjuru,” ujar dia. Replika peti jenazah ini akan terus diletakkan di Jalan Kemang Raya hingga pandemi Covid-19 di Indonesia berakhir. Khususnya di DKI Jakarta.

Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jakarta Selatan, Isnawa Adji menambahkan Salah satu tujuan dari digunakannya replika peti jenazah adalah untuk mengingatkan pandemi Covid-19 adalah virus yang sangat mematikan. Namun, bagaimana warga memandang tujuan tersebut tergantung perspektif masing-masing.

“Menakuti sepertinya tidak. Tapi lebih mengingatkan bahwa tidak dipatuhinya protokol kesehatan akan mematikan semua aspek kehidupan,” ujar Isnawa kepada Republika, Rabu (19/8).

Aspek yang dimaskud Wakil Wali Kota Jakarta Selatan ini adalah aspek ekonomi, sosial kemasyarakatan, kegiatan budaya, serta menurunnya kegiatan masyarakat. Apalagi saat ini belum ada anti virus yang tepat sesuai anjuran World Health Organization (WHO). Malah semakin banyak fenomena warga yang tidak patuh akan protokol kesehatan.

Untuk itu, peti jenazah tersebut merupakan bentuk peringatan. Jika warga tidak mengindahkan protokol 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan), maka warga sendiri akan ikut menyebarkan virus ke mereka yang rentan tertular.

“Ini juga enggak jauh berbeda dengan pesan-pesan di kemasan rokok kan,” imbuh Isnawa.

Saat ini, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jakarta Selatan kerap mengadakan pertemuan via Zoom Meeting. Pertemuan yang dihadiri oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di tingkat Kelurahan dan RW, untuk memantau penanganan Covid-19 di masing-masing wilayah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement