REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kabid Energi Baru Terbarukan dan Kelistrikan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Selatan (ESDM Sulsel) Achmad Habib megatakan rasio elektrifikasi Sulsel di medio 2020 mencapai 98,7 persen.
Hal itu dikemukakan Achmad di Makassar, Selasa, menanggapi capaian mengaliri listrik hingga di pelosok desa, pesisir, dan pulau."Rasio elektrifikasi diukur dari rumah tangga (KK) yang dialiri listrik dibagi jumlah total KK di suatu wilayah," katanya.
Ia menyebutkan rasio elektrifikasi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) hingga akhir 2019 mencapai 98,25 persen atau 3,13 juta pelanggan listrik.
Sementara itu, Kementerian ESDM mencatat rasio elektrifikasi nasional mencapai 98,89 persen. Angka ini naik sekitar 0,59 persen sejak Desember 2018 yang tercatat 98,30 persen.
Berdasarkan data PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sulselrabar menargetkan hingga 2020 tingkat rasio elektrifikasi dapat mencapai 100 persen karena sampai saat ini masih surplus 600 megawatt (MG).
Kendati demikian, lanjut Achmad, capaian elektrifikasi itu hanya mampu dicapai sekitar 99,9 persen dengan alasan jumlah rumah tangga atau KK akan terus bertambah sehingga harus berkejar-kejaran dengan target itu.
Menurut dia, capaian rasio elektrifikasi itu sudah menggabungkan listrik yang dikelola oleh PT PLN dan dikelola masyarakat atau non-PLN yang umumnya menggunakan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi pembangkit listriknya.
Khusus untuk menjangkau pulau-pulau yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Sulsel, lanjut dia, pemerintah mendorong pengadaan PLT EBT, misalnya di dua pulau di Kabupaten Pangkep (Pulau Saugi dan Pulau Sabangko) yang menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sejak Mei 2018.
Kabupaten Pangkep memiliki 117 pulau dengan sekitar 80 pulau berpenghuni dan sisanya hanya menjadi habitat kura-kura, penyu, dan kerang-kerangan. "Ini menjadi PR bersama untuk dapat mengaliri semua wilayah di Indonesia agar terlistriki 100 persen," kata Achmad.