REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/BRIN Ali Ghufron Mukti menegaskan, sejauh ini belum ada obat yang terbukti bisa menyembuhkan dari infeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Saat ini obat yang disebut-sebut untuk menyembuhkan Covid-19 masih dalam uji klinis.
Ghufron menjelaskan, sebelumnya Kemenristek membentuk konsorsium riset dan inovasi terkait Covid-19 dan meneliti obat yang disebut-sebut sebagai antivirus, yaitu Robinair, Ritonavir, Doksisiklin.
"Tetapi belum ada satupun obat yang bisa diklaim spesifik khusus untuk Covid-19 meskipun banyak klaim-klaim, baik melalui proses penelitian atau tidak," ujarnya saat konferensi virtual di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (18/8).
Bahkan, ia menyebutkan Imunomodulator yang banyak jenisnya dan telah dikembangkan juga masih dalam proses. Hingga kini, ia menyebutkan sekitar 61 inovasi baru untuk Covid-19 yang merupakan hasil analisis penelitian dan inovasi anak bangsa yang telah dijembatani hilirisasi dengan pihak industri.
Di kesempatan yang sama, Anggota Komite Nasional Penilai Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Anwar Santoso membenarkan, beberapa uji klinis obat yang diduga menyembuhkan Covid-19 sedang dilaksanakan.
"Sampai siang ini memang belum ada pernyataan yang mengatakan bahwa ada obat yang manjur dan aman untuk Covid-19. Semuanya masih dalam fase uji klinis," katanya.
Hingga saat ini, ia menyebutkan BPOM masih melakukan review. Anwar menambahkan, organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) juga belum mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tersedia obat yang direkomendasikan untuk dipakai atau aman.
"Karena semua masih dalam status uji klinis," katanya.