Selasa 18 Aug 2020 17:08 WIB

Megawati: Masih Ada yang Mau Mempertentangkan Pancasila

Pihak-pihak tersebut mencoba mempertentangkan antara agama, Pancasila, dan negara. 

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyebutkan, di usia kemerdekaan yang ke-75, masih ada pihak yang mencoba mempertentangkan prinsip negara Indonesia, yakni Pancasila. Padahal, prinsip negara tersebut sudah disepakati oleh para pendiri bangsa dan alim ulama.

“Pada usia 75 tahun, masih saja ada pihak yang mencoba mempertentangkan prinsip-prinsip negara kita,” ujar Megawati saat menjadi pembicara kunci dalam webinar dan peluncuran buku Kontekstualisasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara, Falsafah Hidup Bangsa, dan Ideologi Negara, Selasa (18/8).

Pihak-pihak tersebut mencoba mempertentangkan antara agama, Pancasila, dan negara. Padahal, menurut Megawati, ketiganya telah menjadi kesepakatan bersama para pendiri bangsa dan telah disetujui oleh para alim ulama.

“Mengotak-atik prinsip negara yang sudah selesai dan disepakati pendiri bangsa dan disetujui alim ulama,” jelas Presiden Republik Indonesia kelima itu.

Putri Presiden Soekarno itu menjelaskan, para pendiri bangsa telah menyepakati Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sejak awal kemerdekaan. Dasar negara itu, kata dia, setiap silanya termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Megawati menerangkan, Pancasila berawal dari buah pikir Presiden Soekarno. Menurut dia, pidato yang disampaikan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945 merupakan momentum awal kemunculan Pancasila. Barulah setelah itu berkembang menjadi rumusan Piagam Jakarta dan baru difinalisasi pada 18 Agustus 1945.

Namun, kata dia, Presiden Soekarno tidak pernah mengeklaim dirinya sendiri sebagai pendiri Pancasila. Menurut Presiden Soekarno, Pancasila adalah hasil menggali dari nilai-nilai dalan kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia yang sudah ada sejak semula.

“Oleh karenanya, kehidupan berketuhanan yang rukun dan damai diantara sesama pemeluk agama merupakan pembagian penting dari budaya bangsa Indonesia,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement