Senin 17 Aug 2020 15:42 WIB

KSAD akan Temui Kepala BPOM Bahas Izin Edar Obat Covid

'Hari Rabu saya menghadap ketua BPOM untuk percepatan izin,' kata KSAD.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Foto: Dispenad
KSAD Jenderal Andika Perkasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa akan meminta agar izin edar untuk obat Covid-19 bisa segera diterbitkan. Andika akan bertemu dengan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pekan ini ntuk membahas soal izin edar itu.

"Hari Rabu saya menghadap ketua BPOM itu dalam rangka secara resmi mohon dukungan untuk percepatan izin," ujar Andika di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Sabtu (15/8) lalu.

Baca Juga

Wakil Ketua Pelaksana I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (Komite PCPEN) itu berharap, produksi obat tersebut akan mendapat subsidi dari pemerintah pada awal peredarannya. Menurut dia, itu karena mengingat kondisi bangsa saat ini yang tengah dilanda pandemi. 

"Harus ada anggaran pemerintah awal yang diturunkan ke situ, produksi untuk distribusi awal. Menurut saya itu perlu," jelasnya.

Andika memastikan, proses produksi massal obat Covid-19 tersebut hanya perlu menunggu izin edar dan tidak ada lagi kendala. Semua proses uji klinis, kata dia, telah selesai dilaksanakan. 

Untuk itu, ia akan mencoba bertemu dengan Kepala BPOM. "Makanya kami sudah langsung akan berbicara rencana produksi. Siapa membuat apa, yang akan membeli bahan baku bagaimana, kemudian anggaran dari pemerintahnya seperti apa," jelas dia.

Sebelumnya, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, menyelesaikan penelitian obat untuk penanganan pasien Covid-19. Penelitian yang dilakukan bersama TNI AD, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri itu disebut akan menjadi obat pertama untuk penyakit Covid-19 di dunia.

Nasih menjelaskan, obat Covid-19 yang ditemukan merupakan campuran dari berbagai macam obat tunggal yang telah diberikan kepada pasien Covid-19 di berbagai belahan dunia. Kesimpulannya, terdapat tiga kombinasi obat yang ditemukan Unair dan telah melaksanakan uji klinis. 

Pertama yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci.

Nasih juga mengatakan Unair sudah melakukan uji klinis dengan mengujinya secara acak di lapangan. Dalam melaksanakan uji klinis obat kombinasi tersebut, iamengatakan, tim Unair tidak hanya melakukan pada satu pihak dan satu tempat saja. 

Nasih menegaskan, tim Unair mekakukan uji klinis pada 13 pusat penelitian di Indonesia, dan masing-masing tempat dikoordinasi oleh salah seorang dokter profesional.

Namun, tidak ada penjelasan apakah hasil uji klinis ini sudah dipublikasikan pada jurnal ilmiah bereputasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement