REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur, Inspektur Jenderal Polisi Hamidin,mengatakan, ada tiga komponen penting yang dimanfaatkan untuk mereduksi radikalisme di Indonesia.
Tiga komponen penting yang sering dimanfaatkan itu antara lain ulama dan pakar komunikasi. Namun ulama juga tidak semuanya karena harus ulama yang benar-benar peduli dengan keutuhan NKRI.
"Terorisme adalah fenomena global, nah kita di Indonesia sendiri untuk mereduksi berbagai paham radikalisme, kita manfaatkan beberapa kelompok agar tak menyebar luas," katanya, kepada wartawan di Kupang, Kamis.
Kemudian yang kedua adalah insider atau orang-orang dalam yang sudah dilakukan pendekatan. "Lalu yang ketiga adalah komunikasi dengan aparat. Artinya aparat harus sering melakukan komunikasi dengan masyarakat untuk menangkal berbagai paham-paham radikalisme itu sendiri," ujar dia.
Orang nomor satu di Polda NTT itu juga menambahkan bahwa selama ini pemanfaatan terhadap tiga komponen ini sudah dilakukan semuanya oleh Indonesia dalam rangka menangkal paham-paham radikalisme. Komandan berbintang dua itu bersyukur karena sejauh ini khusus untuk wilayah NTT sendiri masih bisa dikontrol dan masih aman, karena bersama berbagai organisasi berbagai paham radikalisme di tangkal.
"Untuk NTT insyaa Allah masih bisa kita kontrol, dan ini juga berkat kerja sama dengan masyarakat," tambah dia.
Dalam kesempatan tersebut ia juga mengimbau kepada generasi muda di NTT khususnya untuk jika belajar agama maka pelajari dengan baik, dan jika ada yang menjanggal hati atas ajakan orang untuk melakukan perbuatan atas nama agama jangan buru-buru percaya.
"Koordinasikan terlebih dahulu sehingga nanti tidak terbawa-bawa menuju ke paham radikalisme itu sendiri," kata dia.