Kamis 13 Aug 2020 12:23 WIB

Sektor Pertanian Jabar Meningkat, Tapi Daya Beli Turun

Hal ini dikhawatirkan menurunkan kemampuan pelaku usaha di musim tanam selanjutnya

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mendampingi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungan kerjanya (kunker) di Kabupaten Karawang, Sabtu (6/6). Wagub Jabar mengatakan, kehadiran Menteri Pertanian dapat memberi positif bagi petani Jabar
Foto: Humas Pemprov Jabar
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mendampingi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungan kerjanya (kunker) di Kabupaten Karawang, Sabtu (6/6). Wagub Jabar mengatakan, kehadiran Menteri Pertanian dapat memberi positif bagi petani Jabar

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Saat semua sektor terpukul pandemi, pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 7,64 persen secara year on year. Secara quarter to quarter, pertanian meningkat lebih besar, yakni 45,86 persen. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pertanian merupakan sektor andalan Jawa Barat (Jabar) dalam pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. 

Namun, menurut Ketua Pokja Ketahanan Pangan Satgas Pemulihan Ekonomi, Sonson Garsoni, meski sektor pertanian mengalami peningkatan saat pandemi, tetapi daya serap pasar menurun. Hal ini  dikhawatirkan akan menurunkan kemampuan pelaku usaha di musim tanam selanjutnya. Oleh karena itu, pemberian kredit murah, akses pemasaran, dan bantuan program usaha mesti dilakukan. Salah satu program yang ditawarkan Pokja Ketahanan Pangan adalah ekstensifikasi. 

“Tidak perlu di areal tertentu karena bisa dilakukan ekstensifikasi di kawasan hutan, perkebunan, tanaman sela, lahan tidur, lahan perkotaan, dan pertanian pekarangan. Tapi tentu saja perlu dukungan dana untuk itu,” ujar Sonson, Kamis (13/8). 

Sonson mengatakan, ekstensifikasi perlu dilakukan secara masif karena konversi lahan juga terjadi secara masif. Konversi lahan pertanian di Jabar selama 10 tahun terakhir mencapai 36.389 hektare. Sehingga, produksi pertanian Jabar pun menurun. Padahal, kontribusi sektor pertanian Jabar pada nasional mencapai 60 persen. 

Penurunan juga, terjadi di sektor peternakan. Peternakan Jabar berkontribusi 40 persen dengan nilai Rp 240 triliun. Dari jumlah itu, 10 persennya adalah peternakan rakyat atau setara Rp24 triliun. Saat pandemi, hampir setengah peternakan rakyat menghentikan produksi, dan setengahnya lagi berhenti. Sedangkan PMDN dan PMA merumahkan karyawannya sebanyak 30 persen-50 persen. 

“Untuk menyelamatkan ketahanan pangan masyarakat, harus segera diantisipasi krisis supply dengan penyediaan kredit atau bantuan likuiditas produksi usaha, akses pemasaran hasil pertanian, serta bantuan program bagi dunia usaha di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan,” paparnya.

Menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi Jabar yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, dalam Forum Group Disccusion bertajuk 'Peluang Membangun Jabar Food Incorporated' mengatakan, sektor pertanian dapat mendongkrak ekonomi Jabar pada kuartal ketiga dan keempat. Setelah pada kuartal kedua, Jabar mengalami kontraksi ekonomi minus 5,90 persen.

“Dengan peningkatan di sektor pertanian ini, kita optimis, pada quarter ketiga nanti akan terjadi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Berbagai upaya telah dan akan pemerintah lakukan bersama masyarakat demi percepatan pemulihan ekonomi Jabar,” ujar Setiawan.

Menurut Setiawan, sektor pertanian dapat menjadi andalan Jabar saat memulai pemulihan ekonomi. Pemerintah Provinsi Jabar, akan mengembangkan berbagai program pertanian di daerah yang berstatus Zona Hijau dalam level kewaspadaan Covid-19. Saat ini, ada 228 kecamatan berstatus Zona Hijau dan belum pernah memiliki kasus positif Covid-19. 

“Semoga program pemulihan ekonomi di bidang ketahanan pangan ini bisa membuat PDRB Jabar yang minus di kuartal kedua menjadi positif di kuartal tiga dan empat. Saya optimistis ini bisa tercapai dengan kerja sama pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat,” paparnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement