Rabu 12 Aug 2020 22:00 WIB

Gerakan Bangkit Belajar, Ikhtiar Selamatkan Dunia Pendidikan

Gerakan Bangkit Belajar akan dimasifkan di seluruh wilayah Tanah Air.

Kick Off Gerakan Bangkit Belajar di Gerung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Dok Istimewa
Kick Off Gerakan Bangkit Belajar di Gerung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Gerakan Bangkit Belajar (GBB) untuk membantu siswa, guru, maupun wali murid yang kesulitan mengikuti proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemic Covid-19 resmi diluncurkan. 

Gerakan yang diinisiasi Wakil Ketua DPR, Abdul Muhaimin Iskandar (Ami) ini upaya untuk menyelamatkan dunia pendidikan Tanah Air.  

Baca Juga

“Ancaman lost generation akibat wabah Covid-19 bukanlah pepesan kosong. Kita semua harus benar-benar mengantisipasi hal ini agar hal itu tidak sampai terjadi. Kasihan generasi kita di masa depan jika mereka tumbuh tampa kompetensi memadai,” ujar Gus Ami, sapaan Abdul Muhaimin Iskandar saat Kick Off Gerakan Bangkit Belajar di Gerung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (12/8).

Dia menjelaskan berdasarkan kajian Bank Dunia yang dirilis 18 Juni 2020 bahwa telah terjadi penurunan kualitas Pendidikan dari para peserta didik di seluruh dunia akibat pandemic Covid-19. 

Penutupan sekolah telah memicu penurunan nilai ujian rata-rata hingga 25 persen.  Pandemi ini juga menurunkan efektivitas tahun sekolah dasar yang dicapai anak-anak dari 7,9 tahun menjadi 7,3 tahun. 

“Akibat penutupan sekolah ini banyak anak-anak kita yang gagal mempelajari berbagai materi baru dan melupakan banyak hal yang telah mereka ketahui sebelumnya,” katanya.

Hal yang sama, kata Gus Ami, juga disuarakan Unicef. Berdasarkan Pernyataan posisi berjudul Covid-19 dan Anak-anak di Indonesia pada Mei 2020 menyajikan bukti bahwa virus Corona telah secara luas mengganggu kestabilan pendapatan keluarga-keluarga Indonesia. Kondisi tersebut berdampak pada tiga hal penting yakni  terganggunya kinerja gizi, pendidikan, dan perlindungan anak.

“Khusus di bidang Pendidikan pernyataan posisi Unicef menegaskan jika wabah ini memicu penurunan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik akibat menurunnya waktu kualitas belajar,” katanya. 

Fakta-fakta tersebut, lanjut Wakil Ketua DPR bidang Kesra ini harus disikapi secara serius oleh semua pemangku kepentingan (stake holder) di Indonesia. Upaya menyelematkan Pendidikan anak-anak Indonesia harus menjadi usaha bersama. Apalagi hingga saat ini berakhirnya masa pandemi Covid-19 di Tanah Air belum bisa diprediksi.

“Selain langkah-langkah di sektor kesehatan dan pemulihan ekonomi, kita bersama juga harus berkontribusi terhadap upaya menyelamatkan sektor Pendidikan di tanah air. Sebab Pendidikan merupakan investasi besar bagi masa depan genarasi muda dan bangsa ini,” katanya.

Gus Ami menilai Gerakan Bangkit Belajar hanyalah salah satu upaya untuk membantu mencarikan solusi atas kendala pembelajaran jarak jauh yang dialami  peserta didik di Indonesia. Nantinya di setiap Posko GBB akan disediakan wife gratis dan relawan yang akan mendampingi para siswa saat mengikuti PJJ. 

Koordinator Nasional Gerakan Bangkit Belajar (GBB), Syaiful Huda, mengatakan di tahap awal GBB akan mendirikan posko belajar di 2.156 titik yang dilengkapi wifie, smartphone, dan relawan pendamping di 34 provinsi di Indonesia. 

Menurut dia, kendala utama saat PJJ adalah adanya kesulitan peserta didik dalam mendapatkan kuota internet, tidak adanya smartphone, maupun kesulitan memahami materi karena tidak adanya pendamping. “Nah GBB ini berupaya untuk menyelesaikan kendala-kendala utama tersebut,” ujar dia.   

Huda menjelaskan pola pembelajaran jarak jauh hingga saat ini masih menjadi pilihan paling aman di saat penularan wabah corona (Covid-19) belum terkendali. Meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah megizinkan pembelajaran tatap muka di zona hijau dan kuning, namun banyak orang tua yang masih enggan mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah. 

Dia menyebut kekhawatiran sebagian besar orang tua siswa itu bisa dipahami karena hingga saat ini penularan wabah Covid-19 memang masih terus berlangsung. Penambahan pasien positif masih di atas 1.000 kasus per hari. 

“Jadi wajar jika para orang tua khawatir, meskipun ada juga orang tua yang setuju anak mereka segera sekolah karena  frustasi dengan pola PJJ,” katanya Syaiful yang juga Ketua Komisi X DPR ini.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement