Rabu 12 Aug 2020 14:38 WIB

Tumpahan Minyak di Kepulauan Seribu Jadi 470 Kantong

Sudin LH Kepulauan Seribu sudah berkoordinasi dengan PT Pertamina di Jakarta.

Rep: Ratih Widihastuti Ayu Hanifah/ Red: Erik Purnama Putra
Pegawai PPSU ikut membersihkan tumpahan minyak di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (11/8).
Foto: Suku DLH Kepulauan Seribu
Pegawai PPSU ikut membersihkan tumpahan minyak di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Kepulauan Seribu berjanji untuk menindaklanjuti lebih lanjut temuan tumpahan minyak mentah yang mengotori pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari, Untung Jawa, dan Tidung. Kepala Sudin LH Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono, mengatakan, tumpuahan minyak yang berhasil dikumpulkan mencapai 380 karung atau kantong.

Pada Rabu (12/8) hingga pukul 11.00 WIB, petugas gabungan bisa mengumpulkan 90 kantong. "Nah tadi siang ada penambahan kurang lebih sekitar 90 kantong, totalnya 470 kantong yang terkumpul," kata Djoko saat dihubungi di Jakarta, Rabu,

Dia mengatakan, Sudin LH Kepulauan Seribu sudah berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero) di Jakarta Utara. Hanya saja, jawaban PT Pertamina tidak ada kebocoran saat penyaluran pembuangan minyak di perairan Kepulauan Seribu.

"Saya jelaskan ya, kemarin sudah dikoordinasikan, pihak PT Pertamina. Nah, kemungkinkan itu tumpahan lama yang tadinya ngendap terus kena turbulensi arus jadi naik ke permukaan laut, atau ada kapal yang memang sengaja membuang sisa pengurasan sisa minyak di pesisir laut," jelas Djoko.

Dia menjelaskan, Sudin LH masih menyelidiki kasus tersebut agar cepat bisa ditangani secara cepat. Karena jika terjadi terus-menerus, sambung dia, bisa berdampak pada pencemaran lingkungan di Laut. "Sejauh ini masih diselidiki, dan ada pemanggilan dari perusahaan yang ada sekitar daerah tersebut. Kemudian kita pasti concern dalam penanganannya, kalau terlalu lama dapat mencemarkan biota laut juga," ucap Djoko.

Saat ini, pihaknya berfokus pada penanganan pencemaran minyak dulu agar semuanya diatasi. Setelah terkumpul laporan, pihaknya baru mengajukan pengaduan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Yah takutnya, ketika berfokus hanya penanganan yang ini ternyata masih banyak yang melaporkan. Jadi, kita tunggu dulu ya, sebab ini itu kaitannya dengan biota laut loh. Mungkin, yang lebih tepat teman-teman KLHK menangani perhal kantung-kantung minyak mentah tadi," ujar Djoko.

Dia menyoroti, tumpahan minyak masih berlangsung karena mengitari bibir pantai di Pulau Pari. Karena itu, penanganan tumpahan minyak harus dilakukan secepatnya. Karena itu, pihaknya bakal menindak tegas pelaku pencemaran lingkungan jika nanti seluruh laporan sudah terkumpul.

"Karena walaupun sudah dikumpulkan saja masih datang lagi kantong limbah minyak mentah itu di pesisir pantai. Kalau ditinjau memang kebanyakan kantong minyak tersebut dikumpulkan di Pulau Pari. Namun yang masih aman Pulau Untung Jawa tidak banyak," ucap Djoko.

Tumpahan minyak terjadi di perairan Kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Untung Jawa dan Tidung, Senin (11/8). Namun, jumlah tumpahan lebih banyak terjadi di Pulau Pari, yang baru diketahui pihak berwenang pada Selasa (11/8). Untuk di Pulau Tidung dan Untung Jawa tersebar hanya sedikit dan titik-titik kecil, sedangkan di Pulau Pari memanjang hingga dua kilometer.

Dikonfirmasi terkait tumpahan minyak di Kepulauan Seribu, VP Relations Pertamina Hulu Energi (PHE), Ifki Sukarya mengatakan, PT Pertamina belum mengetahui sumbernya kebocoran minyak. Menurut dia, sumur YYA-1 di Karawang yang pernah bocor sudah ditutup sejak 21 September 2019, dan kini tidak lagi beroperasi.

"Untuk saat ini, kita sudah berkoordinasi dengan pemkab, dan KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kepulauan Seribu), dan yang paling penting pembersihan terlebih dahulu," kata Ifki kepada Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement