REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Sudah lebih dari dua bulan nelayan di Pelabuhan Karangantu, Kota Serang, Banten mengeluhkan pendangkalan yang terjadi di area muara pelabuhan. Hal ini disebut menjadi penyebab turunnya omzet nelayan dalam beberapa bulan.
Salah seorang nelayan, Emboy (45 tahun) mengaku kesulitan untuk mengeluarkan kapal dari pelabuhan karena dangkalnya muara. Dirinya dan nelayan lain yang beraktivitas di Pelabuhan Karangantu baru bisa keluar saat siang hari ketika air laut pasang.
"Terhambat waktu melaut kita dari pagi jadi siang. Penyebabnya karena pendangkalan ini jadi waktu paginya nggak bisa lancar keluar masuk kapal, baru keluar jam 09.00 WIB atau jam 10.00 WIB," kata Emboy, usai agenda penyerahan bantuan stimulus bagi nelayan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Komisi IV DPR RI dan Pemkot Serang di Pelabuhan Karangantu, Selasa (11/8).
Penurunan omzet dikatakannya bisa mencapai 50 persen dari penghasilan sebelumnya, bahkan seringkali merugi. "Penghasilan kalau dari pagi berlayar itu satu juta bisa dapat sehari. Kalau sudah terlambat sedikit kadang cuman buat balik modal aja," ujarnya.
Emboy meminta pemkot melakukan pengerukan atau normalisasi sebagai solusi atas pendangkalan. Menurutnya upaya normalisasi sudah pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu, namun tidak menyelesaikan masalahnya.
"Pengennya dikeruk pinggirnya (muara) juga, bukan tengahnya saja. Dibersihkan kan perahu mati di samping-sampingnya juga banyak," katanya.
Sementara Wali Kota Serang Syafrudin menyebut pihaknya sudah merencanakan normalisasi muara pada 2020 ini. Namun, karena adanya refokusing anggaran, program ini akan dilakukan tahun depan.
"Pendangkalan ada program kementerian, kementerian juga ada untuk normalisasi. Tapi terbentur Covid-19,"ungkapnya.