Senin 10 Aug 2020 11:09 WIB

Belajar Menangani Reptil di Ciliwung Herpetarium

Ciliwung Herpetarium sebelumnya bernama Ciliwung Reptile Center.

Richard Ardiwibawa dan rekannya di markas Ciliwung Herpetarium di Kampung Gelonggong RT 03 RW 05, Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Foto: Rahayu Marini Hakim
Richard Ardiwibawa dan rekannya di markas Ciliwung Herpetarium di Kampung Gelonggong RT 03 RW 05, Bojonggede, Kabupaten Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rahayu Marini Hakim

Bertemu dengan hewan reptil atau amfibi mungkin menjadi mimpi buruk sebagian orang. Rasa panik dan ketakutan membuat semua orang akan secara reflek memukul atau membunuh hewan tersebut. Padahal tidak semua reptil berbahaya.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Ciliwung Herpetarium hadir menjawab dan memberikan edukasi bagi masyarat ketika panik bertemu jenis hewan tersebut. Ciliwung Herpetarium berlokasi di Kampung Gelonggong RT 03 RW 05, Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang merupakan tempat tinggal Richard Ardiwibawa (24 tahun) dan keluarganya.

Bersama seorang temannya bernama Nathan, mereka mendirikan komunitas pencinta reptil. Ciliwung Herpetarium sebelumnya bernama Ciliwung Reptile Center.

Richard menjelaskan, banyak pencinta hewan yang salah paham dengan keberadaan organisasi yang dirintisnya. Hal itu lantaran mereka disangka berjualan hewan, yang padahal malah ingin memberi edukasi.

“Awalnya Nathan ketemu adek saya, terus ketemu saya karena emang suka hewan reptil jadilah kita buat ini. Ini yang ngasih ide Nathan buat komunitas, kita terbentuk dari 2010-an. Sempet pake nama Ciliwung Reptile Center tapi kita ganti," kata Richard saat ditemui di rumahnya pada Ahad (9/8).

Pantauan Republika, rumah tersebut sebenarnya terbilang sederhana. Berdempetan dengan rumah lain di Desa Kedung Waringin. Satu lorong di depan rumah hanya cukup untuk dua kendaraan roda dua. Spanduk berwarna hitam, hijau, dan biru dengan logo reptil yang membuatnya berbeda dibanding rumah lainnya.

Jika memasuki rumah langsung terlihat beberapa etalase yang berjejer memperlihatkan beberapa hewan seperti ular, kura-kura dan ikan. Terlihat juga berbagai gambar edukasi seperti bagaimana menangani serangan reptil dan pertolongan pertama jika digigit.

Salah satu etalase yang menarik perhatian adalah yang ditempati oleh ular pucuk. Di mana seekor ular menjalar pelan di antara dahan dan daun. Hijau sekujur tubuhnya tampak menyatu dengan alam sekitar. Diameternya sendiri tak lebih besar dari lengan orang dewasa.

Di bawahnya ada ular kobra jawa yang ditempatkan pada etalase yang terlihat seperti permukiman warga di mana terdapat terlihat ember dan sapu. Ular yang berwarna putih tersebut terlihat mengawasi manusia dari balik jendela kaca.

Ricrhad menjelaskan, Ciliwung Herpetarium lebih fokus kepada edukasi dan penanganan hewan. Rumahnya pun direlakan untuk dimanfaatkan sebagai taman konservasi mini. Halaman depan rumahnya berfungsi sebagai ruang display. Beberapa jenis ular memang berbahaya jika dilepas di alam liar.

Untuk sementara, mereka dipiara di dalam etalase yang sesuai habitat alaminya. Ada beberapa jenis hewan yang ditampilkan untuk edukasi, yaitu ular pucuk (Ahaetulla prasina), ular kobra Jawa (Naja sputatrix), kura-kura pipi putih (Black marsh turtle atau Siebenrockiella crassicollis), dan ikan asli penghuni Sungai Ciliwung.

Display itu sekaligus menjadi sarana edukasi bagi siapa saja yang berkunjung ke Ciliwung Herpetarium. Dia menegaskan, siapa pun bisa datang tanpa dipungut biaya. Tak heran jika banyak kalangan mahasiswa, peneliti, atau pecinta reptil datang berkunjung ke rumah Richard.

“Hewan yang ada di sini memang gak kita lepas karena udah gak bisa hidup di alam liar. Kayak ini ular kobra Jawa ini dia warnanya putih kayak gini, gampang dilihat oleh predator,” ujar Richard.

Selain hewan yang masih hidup, di rumah tersebut juga terdapat perpustakaan buku tentang reptil. Bahkan peneliti asing juga memberikan buku karya mereka sebagai kenang-kenangan.

Selain itu ada spesimen (satwa mati yang diawetkan), dan signage tentang lingkungan dan satwa sebagai penunjang edukasi bagi anak sekolah, mahasiswa, ataupun warga yang datang untuk belajar tentang konservasi khususnya mengenai herpetofauna.

"Kalau yang diawetkan begini, kita ambil yang memang sudah mati. Ada yang karena mati karena dipukul warga, atau di mobil, ada juga yang ketemu di hutan saat lagi herping (pengamatan mencari ular)," ucap Richard.

Dia mengaku, mengaku sempat mendapat penolakan dari keluarga dan lingkungan sekitar ketika ingin mendirikan lokasi konservasi mini. Hal tersebut karena anggapan hewan melata sangat berbahaya dan bisa mencelakai orang lain membuat warga sekitar ketakutan.

Berkat edukasi yang tidak berhenti, menurut Richard, kini para tetangga bisa lebih tenang dan tidak anarkistis jika menemui berbagai jenis ular di lingkungan sekitar. Selain itu, kata dia, mereka sering diundang untuk memberikan edukasi di sekolah, pabrik yang sering dimasuki reptil bahkan menjadi teman diskusi para peneliti di Indonesia maupun asing.

Bahkan, pendiri Ciliwung Herpetarium kini mempunyai tiga karya buku yang ditulis oleh Nathan, serta satu buku kerja sama antara Richard dan Herpetfauna, yang memuat penjelasan jenis ular yang terdapat di Bogor.

Salah satu anggota sekaligus relawan Ciliwung Herpetarium, Angga Risdiana (29) menjelaskan, pihaknya dalam sebulan menghabiskan biaya Rp 200 ribu untuk perawatan hewan. “Karena kita dikit ya gak lebih dari 10 jenis. Karena kita hanya fokus di edukasi atau perawatan karena sebelumnya konflik dengan masyarakat atau dapat dari damkar. Jadi misal mereka sudah gak terluka kita lepasin lagi di alam,” ucap Angga.

Bagian teknisi satwa, Muhammad Azib (24) mengatakan, hanya menerima reptil untuk diobati dan dilepaskan kembali. Ketika hewan tersebut terluka maka akan dirawat hingga sembuh, untuk dikembalikan ke habitatnya di alam.

"Yang paling penting harus hewan Indonesia asli khususnya di Bogor, bukan hewan langka yang dilindungi, atau ada orang yang bosen pelihara trus kasih kita udah pasti kita tolak,” ujarnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement