REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, memiliki keinginan agar Patimban menjadi pelabuhan terbaik di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Selain itu, pria yang akrab disapa Emil ini juga berharap, Patimban bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan. Apalagi, pelabuhan tersebut masuk ke dalam segitiga emas Jabar di masa depan, yakni Rebana (Cirebon-Subang-Majalengka).
Oleh karena itu, pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) terkait desain master plan kota baru Patimban. Dalam master plan tersebut, rencananya Pelabuhan Patimban akan dilengkapi saranapendidikan kemaritiman.
“JICA sudah berjanji kepada kami untuk mendesain master plan kota baru Patimban. Kita berharap (ada) muntahan ekonomi, karena saya sedang menghitung multiplier effect dari Patimban," ujar Emil, Jumat (7/8).
Untuk kegiatan pelabuhan ini, kata dia, akan sangat luar biasa. Karena, akan hadir ribuan pekerjaan, pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi turunan dari kegiatan (di pelabuhan), termasuk rencana kami ingin membangun politeknik kemaritiman.
Terkait politeknik kemaritiman, menurut Emil, hal itu bertujuan mendorong pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) warga Kabupaten Subang maupun Jabar pada umumnya agar turut meningkatkan pengetahuan kemaritiman sehingga hadirnya Pelabuhan Patimban bisa membawa manfaat bagi warga.
Pemprov Jabar pun, kata dia, bekerja sama dengan pihak swasta dari Glasgow College of Maritime, Skotlandia, Inggris, untuk menghadirkan politeknik kemaritiman di Patimban.
“Itulah kenapa master plan Patimban di luar keteknisan pelabuhannya perlu segera kita imajinasikan, sehingga tata ruang, investasi, dan hal-hal seperti ini bisa kami kebut juga,” kata Emil.
Sementara itu, Menhub RI Budi Karya Sumadi mendukung rencana Emil untuk menggelar pertemuan dengan JICA terkait desain master plan kota baru Patimban.
“Saya setuju untuk melakukan pertemuan dengan JICA. Paling tidak kalau belum ada master plan-nya kita diskusi tentang apa saja yang harus dilakukan. Mungkin kita bisa membuat term of reference bagi kota Patimban,” papar Budi.
Terkait pembangunan politeknik kemaritiman, Budi berujar, perlu dilakukan juga kerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di Bandung untuk mendirikan program studi kemaritiman di Patimban dengan pertimbangan bahwa membangun Politeknik Kemaritiman yang baru diperlukan waktu dan anggaran dari APBN.
“Memang kalau membangun politeknik itu dibutuhkan anggaran APBN. Seperti diketahui APBN kita semakin sedikit. Saya mengusulkan agar tahun ajaran depan bisa dilakukan kerja sama dengan ITB atau Unpad dimana prodi kemaritiman ini kita supply,” kata Budi.
Selain itu, kata dia, agar tidak lama membangun, karena membangun (politeknik) itu minimal tiga tahun, maka ia mengusulkan agar langsung saja. Sehingga, tahun ajaran baru sudah ada prodi kemaritiman itu. "Dan mayoritas kita minta warga dari Subang yang jadi mahasiswa di situ," katanya.