REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar epidemiologi Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat (Sumbar) Defriman Djafri mengatakan Sumbar telah memasuki gelombang kedua pandemi virus corona jenis baru. Defriman menilai gelombang pertama sudah mereda setelah momen Hari Raya Idul Fitri ketika penambahan kasus Covid-19 setiap hari berada di bawah angka 10.
Begitu momentum Idul Adha, penambahan kasus Covid-19 di Sumbar kembali meningkat. Tertinggi pada Jumat (31/7) lalu yakni 41 kasus dalam satu hari. Hari ini, Kamis (6/8) di Sumbar ada tambahan sebanyak 31 kasus lagi.
"Ini sudah gelombang kedua. Kalau kita bicara kurva, ini sudah merangkak membentuk gelombang baru," kata Defriman kepada Republika.co.id, Kamis.
Defriman menyebut peningkatan kasus Covid-19 di Sumbar sejak momen Idul Adha merupakan konsekuensi yang harus diterima dan dipertanggungjawabkan oleh Pemprov Sumbar. Karena sebelum Idul Adha, Gubernur Sumbar membuat statmen mempersilakan perantau pulang kampung sebagai ganti momen mudik Idul Fitri. Sehingga ada gelombang orang datang ke Sumbar dari luar termasuk dari daerah zona merah yang membawa kasus impor. Kasus impor tersebut kini telah menciptakan klaster baru di kantor-kantor pemerintah, BUMN dan BUMD.
Ketika keran pintu masuk sudah dibuka lebar oleh Pemda artinya menurut Defriman, Sumbar harus siap berpacu untuk melakukan testing, tracing dan isolasi. Bila kalah berpacu melakukan tiga tindakan tersebut, penularan akan terus terjadi semakin meluas. Orang tanpa gejala (OTG) akan terus menularkan Covid-19 bila Pemda terlambat melakukan tracing.
"Jadi ketika berani mengimbau perantau untuk pulang kampung, harus berpacu tracing testing secara masif. Itu resiko yang sudah diambil pemerintah," ucap Defriman.
Hari ini, Kamis (6/8) kasus positif Covid-19 di Sumbar bertambah lagi sebanyak 32 orang. Total warga Sumbar yang sudah tertular virus corona jenis baru sebanyak 1.038 orang. Dengan perincian, 786 orang sudah sembuh, dirawat dan isolasi 212 orang dan meninggal dunia 34 orang.