Kamis 06 Aug 2020 09:16 WIB

Kemendikbud Surati Pemkot Bekasi Minta Setop Simulasi

Jumeri mengatakan Kota bekasi tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam SKB.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah sekolah di Kota Bekasi melakukan simulasi belajar tatap muka, Senin (3/8).
Foto: Eva Rianti
Sejumlah sekolah di Kota Bekasi melakukan simulasi belajar tatap muka, Senin (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi melakukan simulasi pembelajaran tatap muka di enam sekolah role model. Hal ini dinilai melangkahi Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri yang mensyaratkan sekolah tatap muka boleh dilakukan di wilayah zona hijau Covid-19.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Jumeri menuturkan pihaknya sudah mengirim surat kepada Pemkot Bekasi untuk menghentikan kegiatan simulasi sekolah tatap muka yang melibatkan siswa itu.

“Kami sudah mengirimkan surat kepada pemerintah Kota Bekasi untuk bisa menghentikan proses itu,” kata Jumeri kepada wartawan, Rabu (5/8) malam.

Jumeri mengatakan Kota bekasi tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam SKB. Prosedur simulasi, kata Jumeri, sejatinya boleh dilakukan dalam waktu satu atau dua hari saja. Dari situ, lalu dibuatkan video dan disebarkan ke sekolah-sekolah lain.

Akan tetapi, enam sekolah role model yang melakukan simulasi tatap muka akan diselenggarakan hingga 28 Agustus mendatang. “Sekedar simulasi, itu boleh-boleh saja. Tapi satu satu dua kali masuk saja untuk melatih anak-anak. Bukan seterusnya,” ujar dia.

Adapun, Jumeri menyebut saat ini Kota Bekasi masih berada dalam zona orange. Yang mana, dalam SKB yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan disebutkan zona orange dilarang untuk melakukan proses pembelajaran tatap muka.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Uu Saeful Mikdar, menuturkan simulasi pembelajaran tatap muka bertujuan untuk membiasakan para siswa, guru dan warga sekolah dalam menjalani adaptasi masa pandemi Covid-19.

“Posisinya tetap simulasi kita itu, membiasakan peserta didik itu melakukan pembelajaran bukan hanya peserta tetapi tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan juga posisi di sekolah,” ujar dia.

Kegiatan simulasi ini tidak menggantikan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam praktiknya, siswa yang masuk juga hanya memenuhi 50 persen kapasitas kelas yakni hanya 18 siswa saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement