REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Deflasi cukup dalam terjadi di Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah pada Juli 2020 lalu. Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto yang melakukan pengukuran di dua kota tersebut mencatat, deflasi di Purwokerto mencapai -0,2 persen (mtm) dan Cilacap sebesar -0,17 persen (mtm).
''Hampir semua kota di Jateng, pada Juli kemarin memang mengalami deflasi. Namun deflasi di Kota Purwokerto dan Cilacap, menjadi yang terendah,'' jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi, Rabu (5/8).
Dia merinci, deflasi Kota Semarang tercatat -0,1 persen, Surakarta -0,03 persen, Tegal -0,05 persen, dan Kudus sebesar -0,09 persen. ''Bahkan dibanding rata-rata Jateng dan nasional, deflasi di Kota Purwokerto dan Cilacap tetap paling rendah. Deflasi yang di Jateng tercatat -0,09 persen, dan tingkat nasional -0,1 persen.
Menurutnya, terjadinya deflasi pada Juli 2020 terutama berasal dari penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberi andil -0,27 persen. Terutama dari komoditas bawang merah, daging ayam ras, bawang putih dan gula pasir.
Sedangkan komoditas yang menahan laju deflasi, antara lain karena adanya peningkatan harga komoditas tarif kereta api, telur ayam ras, dan emas perhiasan.
Kondisi serupa, juga terjadi di Kota Cilacap. Samsun menyebutkan, deflasi Juli di Cilacap, didorong oleh penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar -0,41 persen, terutama pada komoditas bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, dan gula pasir.
Dengan terjadinya deflasi pada bulan Juli ini, maka laju inflasi Kota Purwokerto secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 2,03 persen. Sedangkan inflasi tahunan (yoy) Kota Cilacap, sebesar 1,72 persen.
''Deflasi Juli 2020 di Kota Purwokerto ini menjadi deflasi terendah dibandingkan rata-rata historis inflasi Juli selama tiga tahun terakhir,'' kata dia.
Samsun memperkirakan, pada Agustus 2020 ini, pergerakan harga komoditas kemungkinan pada terjaga rendah sehingga inflasi diperkirakan hanya pada rentang 0 persen-2 persen. ''Tekanan inflasi, kemungkinan hanya berasal dari peningkatan harga emas perhiasan dan risiko meningkatnya harga beras pasca panen raya,'' kata Samsun.