REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menyatakan belum ada negara atau lembaga yang berhasil menemukan obat spesifik untuk menanggulangi Covid-19.
Penegasan ini disampaikan menanggapi klaim dari Hadi Pranoto, seseorang yang mengaku berhasil menemukan obat untuk Covid-19 dalam wawancara melalui kanal youtube seorang figur publik, Anji.
Hadi mengklaim dirinya sebagai ahli mikrobiologi, namun tidak memiliki rekam jejak dan publikasi ilmiah di dalam bidang tersebut.
Pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Slamet, meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang diragukan kebenarannya.
“Lakukan saring sebelum sharing, bersikap kritis dan cari informasi dari sumber yang terpercaya,” kata Slamet melalui keterangan pers, Senin.
“Kepada seluruh pihak, khususnya tokoh publik, kami harap dapat memberikan pencerahan tentang Covid-19 kepada masyarakat dan bukan sebaliknya menimbulkan pro dan kontra,” jelas dia.
Menurut Slamet, produksi obat juga harus melalui sejumlah proses, diawali dengan penemuan bahan atau zat lewat penelitian.
Bahan atau zat potensial itu harus melewati proses pengujian di antaranya uji aktivitas zat, uji toksisitas in vitro dan in vivo pada tahap pra-klinis, kemudian uji klinis sebanyak tiga fase.
Kemudian kandidat obat atau vaksin harus memiliki izin edar, diproduksi melalui cara pembuatan obat yang baik dan dikontrol pemasarannya.
Slamet menuturkan saat ini banyak lembaga internasional dan nasional sedang bekerja keras untuk mendapatkan obat ataupun vaksin Covid-19.
“Sebagian kandidat vaksin sudah memasuki tahap uji klinik tahap akhir, namun saat ini belum ada satu negara atau lembaga manapun di dunia yang sudah menemukan obat atau vaksin yang spesifik bisa menanggulangi Covid-19,” ujar dia.
Imunitas tubuh
Sejauh ini, Slamet menuturkan, pasien Covid-19 di Indonesia dirawat dengan terapi dan obat untuk meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa melawan virus corona.
Indonesia sendiri tergabung dalam penelitian “Solidarity Trial WHO” terhadap empat alternatif terapi yang sudah dilakukan saat ini.
Terapi alternatif itu menggunakan remdesivir, gabungan lopinavir/ritonavir, gabungan lopinavir/ritonavir ditambah interferon, dan chloroquine.
Riset tersebut dilakukan untuk mendapatkan bukti klinis yang lebih kuat dan valid terhadap efektivitas dan keamanan terbaik terhadap penanganan pasien Covid-19.
Sedangkan terkait vaksin, Indonesia akan melakukan uji klinik fase ketiga dari kandidat vaksin di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Kandidat vaksin tersebut merupakan hasil kerja sama perusahaan asal China, Sinovac dengan PT Bio Farma.
Saat ini sedang dilakukan telaah protokol penelitian terhadap uji klinik fase ketiga kandidat vaksin itu.
https://www.aa.com.tr/id/nasional/kemenkes-belum-ada-obat-spesifik-untuk-covid-19/1930251