REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Laboratorium Hepatika Bumi Gora di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) siap memproduksi masal alat rapid test atau tes cepat RI-GHA COVID-19. Hal itu dikatakan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah.
"Pada tanggal 17 Agustus 2020 nanti, NTB akan memperkenalkan produk rapid test buatan lokal yang siap diproduksi secara masal. Tak tanggung-tanggung sekitar 200.000 alat rapid test RI-GHA siap diluncurkan," kata Zulkielimansyah.
Zulkielimansyah menerima kunjungan Kepala Laboratorium Hepatika Bumi Gora yang juga sekaligus penemu alat rapid test RI-GHA, Prof dr Mulyanto, Senin (3/8). Laboratorium Hepatika Bumi Gora telah berdiri sejak 1984. Laboratorium ini didirikan oleh Prof dr Mulyanto yang juga telah menciptakan dan memproduksi alat tes cepat tersebut.
"Kita akan kembangkan industrialisasi di bidang kesehatan. Ini bukan bukan produk abal-abal, tapi karena sejarah pengembangannya sudah dari dulu. Tinggal gaungnya saja dikencangkan," ujar Zulkieflimansyah.
Kepala Laboratorium Hepatika Bumi Gora Mulyanto mengatakan, dukungan yang diberikan oleh Gubernur NTB sangat berarti bagi pengembangan laboratorium. Sekarang ini, Laboratorium Hepatika mampu memproduksi 100 ribu rapid-test setiap bulannya.
"Dukungan ini sangat berarti untuk mengembangkan Hepatika ke depannya," jelas mantan Rektor Universitas Mataram (Unram) tersebut.
Mulyanto menjelaskan rapid test ini diberi nama RI-GHA COVID-19 dengan singkatan dari Republik Indonesia-Gadjah Mada, Hepatika Mataram-Airlangga. Karena merupakan sebuah kerja kolaborasi. Pembuatan alat ini merupakan proyek nasional di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Pada proses pembuatannya, Hepatika mendapatkan dukungan penuh dari Fakultas Kedokteran UNRAM dan melibatkan banyak tim peneliti dari UNRAM. Selain itu, RS UNRAM menyediakan sampel pasien postif COVID-19 untuk dites sehingga mempermudah pengujian alat RI-GHA COVID-19.
Khusus untuk produk RI-GHA ini sudah dilakukan uji validasi skala laboratorium. Dengan hasil sensitivitas (akurasi untuk hasil reaktif) untuk IgM 96,8 persen. Untuk IgG 74 persen. Melalui pengujian pada 40 serum pasien yang positif dari Balitbangkes.