REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliana Nazir menyatakan ada 16 orang terkonfirmasi positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri dan tidak dirawat di rumah sakit rujukan yang dibiayai pemerintah. "Ada 16 orang yang isolasi mandiri, sedangkan yang dirawat di rumah sakit 100 orang,” kata Mimi Nazir dalam pernyataan pers, Senin (3/8).
Ia mengatakan orang yang terinfeksi Covid-19 memang diperbolehkan isolasi mandiri seperti di hotel dan rumah pribadi. Namun, pemberian izin isolasi mandiri sangat ketat dan tidak bisa seenaknya.
“Yang isolasi mandiri adalah orang tanpa gejala. Kalau yang ada gejala berat harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Orang yang menjalani isolasi mandiri biasanya adalah dari kalangan berada, yang memiliki rumah cukup luas agar tidak bercampur dengan keluarga saat proses pengobatan. Dengan melakukan isolasi mandiri, maka biaya pengobatan tidak ditanggung oleh pemerintah kecuali untuk uji usap (swab).
“Kalau orangnya dari keluarga tidak mampu, hanya punya kamar tidur bercampur dengan keluarganya, maka tidak akan diizinkan untuk isolasi mandiri,” katanya.
Ia mengatakan tenaga kesehatan tetap memantau orang yang melakukan isolasi mandiri agar tidak berkeliaran ke luar rumah. Isolasi mandiri membutuhkan kedisiplinan tinggi agar tidak menularkan virus kepada keluarga dan orang terdekat di rumah.
Ia menambahkan, saat ini pemerintah di kabupaten dan kota di Riau telah menyiapkan satu tempat bagi pasien yang tidak bergejala untuk menjalani isolasi.
Hingga Senin siang, jumlah kasus konfirmasi Covid-19 di Riau ada 456. Rinciannya 100 orang dirawat di rumah sakit, 16 orang isolasi mandiri, 328 telah sembuh dan dipulangkan, serta 12 orang telah meninggal dunia.
Sementara itu, untuk terduga (suspek) Covid-19 yang jalani isolasi mandiri ada 4.222 orang, sedangkan yang diisolasi di rumah sakit ada 60 orang.