REPUBLIKA.CO.ID, -- Kepala Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, SpOG (K), mendapatkan anugerah Doktor Honoris Causa Bidang Teknologi dan Pemberdayaan Vokasional dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Pemberian penghargaan berlangsung Sabtu pagi (01/08), di Auditorium UNY. Dalam acara itu, dokter Hasto, panggilan akrabnya, menyampaikan pidato ilmiah bertajuk Peran Pendidikan Vokasional untukMewujudkan Kemandirian di Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten KulonProgo.
Dalam rilis yang diterima pers, Civitas Akademika UNY menilai Dokter Hasto berhasil menyinergikan bidang akademik vokasional dan pemberdayaan masyarkat. Kedua promotor, Prof Dr Mohammad Bruri Triyono, MPd dan Prof Dr Marsigit, MA, menganggap posisi Hasto manakala menjabat sebagai bupati Kulon Progo selama dua periode (2011-2019) sedemikian strategis.
“Promovendus menggerakan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai dorongan ideologis. Terutama dalam bidang vokasional serta kemampuan kreativitas dan inovasinya,” kata kedua promotor dalam pidatonya.
Kulon Progo mempunyai 12 kapanewon yang terbagi menjadi 87 kelurahan serta memiliki 930 pedukuhan. Posisi ini mendorong Hasto mencanangkan gerakan Bela dan Beli Kulon Progo.
Ketahanan ekonomi rakyat diperkuat melalui sistem bersama yang transparan dan partisipatif. Konsep ini terealisasikan menjadi mantra: madep mantep manganpanganan dewe, madep mantep ngombe banyunedewe, madep mantep nganggo klambine dewe.
Gerakan kemasyarakatan warga diwujudkan lewa tgotong-royong membeli produk lokal.
Menurut Hasto, warganya diberdayakan supaya tak bergantung semata pada 'permainan' ekonomi makro. Dengan memfokuskan hal mikro, memulai dari industri rumahan. Kulon Progo mencanangkan swasembada kebutuhan beras.
Aksi ini tak berhenti begitu saja. Hasto lalu menautkan kebijakan itu ke ranah pendidikan vokasi. Baginya, pendidikan vokasi harus hadir di masyarakat. Bukan sebatas magang, melainkan pendampingan terpadu.
Lulusan vokasi sudahsemestinya punya keterampilan, kompetensi, dan karakter soft skills yang mumpuni. Hasto meneropong ada peran strategis pendidikan vokasi sebagai pendidikan praktis. “Mengembangkan karier lulusan harus berbasis kompetensi,” ucap dia dalam pidatonya.
Tomira (Toko Milik Rakyat) sebagai ikon warung kerakyatan di Kulon Progo. Toko warga ini difungsikan sebagai salah satu pintu masuk transformasi ekonomi mikro dan pendidikan vokasi.
Hasto menekankan terobosan itu merupakan realisasi ekonomi Pancasila yang mengedepankan kedaulatan ekonomi di tangan rakyat dan basis pendidikan vokasi lokal.