Rabu 29 Jul 2020 09:05 WIB

Pandemik Covid, Momentum Percepatan Transformasi Digital

60 juta pelajar saat ini berada di rumah akibat pandemik Covid 19.

Balitbang Golkar menggelar dialog publik yang mengangkat tema “Anak Indonesia: Tantangan dan Peluang Pembangunan SDM Unggul Paska Pandemik”, Senin (27/7)
Foto: Istimewa
Balitbang Golkar menggelar dialog publik yang mengangkat tema “Anak Indonesia: Tantangan dan Peluang Pembangunan SDM Unggul Paska Pandemik”, Senin (27/7)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pandemik covid 19 berdampak pada anak-anak setidaknya melalui 3 transmisi, yaitu: pertama krisis kemiskinan anak; kedua krisis belajar; dan ketiga krisis perawatan anak. Hilangnya sumber mata pencaharian keluarga membuat krisis kemiskinan anak berdampak pada nutrisi dan perlindungan sosial anak menjadi rentan. 

Sementara itu, krisis akses belajar anak terutama pada adanya kendala pada akses internet dan gangguan belajar. Sedangkan krisis perawatan anak terkait dimensi keluarga, dimensi institusional, kesehatan mental dan kekerasan juga rentan menimpa anak. Hal ini mengingat sekitar 60 juta pelajar saat ini berada di rumah akibat pandemik Covid 19. 

Demikian disampaikan oleh Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP Partai Golkar dalam pidato kuncinya pada acara Dialog Publik Balitbang Golkar yang mengangkat tema “Anak Indonesia: Tantangan dan Peluang Pembangunan SDM Unggul Paska Pandemik”, Senin (27/7)

“Untuk menjawab tatangan itulah, dalam jangka pendek pemerintah membuat 2 (dua) langkah strategis dalam menangani pandemik covid 19 yaitu pertama adalah menjaga kehidupan atau safeguard our live, antaralain melalui upaya-upaya mengatasi/menekan virus, mencari obat/riset serta produksi vaksin dan meningkatkan kapasitas sektor kesehatan. Kedua, menjaga mata pencaharian hidup atau saveguard our livehood yaitu mendukung masyarakat dan bisnis yang terdampak, menyiapkan kembali bekerja produktif dan aman, dan menyiapkan kebijakan pemulihan ekonomi dan bahkan untuk berlari kembali,” ujar Airlangga yang juga Menkoperekonomian RI ini dalam keterangannya yang diterima Republika.co.di, Rabu (29/7).

Lebih jauh Airlangga manyampaikan, bahwa dalam menyiapkan SDM paska pandemik, pemerintah akan melakukan upaya untuk membangun kompetensi SDM yang memenuhi syarat di era industri 4.0 dan mengembangkan pendidikan dual system yaitu belajar sambil bekerja, dengan melibatkan sektor industri dalam proses pembelajaran. Hal ini terutama disadari karena pandemik Covid 19 tidak selalu hanya dipandang dari sisi negatif.

Namun, pandemik juga telah memberikan momentum bagi percepatan transformasi digital. Akibat penggunaan media digital selama pandemik meningkat dan bahkan berdasarkan survey terhadap pemuda di 6 negara ASEAN, 60 persen nya menyatakan peningkatan penggunaan digital tools seperti social media, ecommerce, dan online education akan menjadi permanen.

Senada dengan Airlangga, Eko Indrajit pakar IT, juga melihat peluang dari kondisi pandemik saat ini. “Dua puluh tahun yang lalu saya menawarkan IT ke sekolah-sekolah dan perguruan tingga sebagai sarana belajar. Namun, dijawab oleh para pendidik waktu itu, nantilah menggunakan IT untuk pembelajaran, mungkin Indonesia baru siap tahun 2030. Tapi ternyata sekarang, terjadi percepatan penggunaan IT untuk sarana belajar. Sehingga boleh saya katakan bahwa the future is now atau masa depan itu ternyata terjadi sekarang, “ ujar Eko yang juga Rektor Universitas Pradita. 

Sementara itu Hetifah Sjaifudian, wakil Ketua Komisi X DPR RI melihat, pandemik kali ini membuat masyarakat mengalami disrupsi akibat ekosistem yang berubah, termasuk dalam hal pendidikan. “Untuk itu penting untuk dikembangkan kurikulum yang lebih adaptif, percepat digital literasi, dan juga refocusing anggaran untuk mendukung infrastruktur digital dan juga perangkat digital bagi pembelajaran siswa,” ujar Hetifah. 

Dalam hal ini Hetifah mengajak semua pihak untuk bersinergi dengan DPRRI memberi masukan terutama data agar DPR dapat intervensi kebijakan. “Misalnya saat ini DPR mendorong pemerintah untuk pengadaan 200 ribu gawai. Agar tepat sasaran, tentu harus berbasis data, daerah mana saja yang membutuhkan perangkat gawai. Termasuk juga agar DPR dapat ikut mendorong pemerintah memproduksi secara masal dan menyalurkannya untuk kebutuhan dalam negeri,” imbuh Hetifah yang juga Wakil Ketua DPP Partai Golkar ini.

Dalam kesempatan diskusi kali ini, hadir juga Airin Rachmi Diani, Walikota Tangerang Selatan yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) sebagai narasumber. Airin menyoroti tentang peran perempuan dalam keluarga di masa pandemik.

Menurutnya, perempuan dapat berfungsi preventif maupun kuratif. Upaya preventif yang dapat dilakukan perempuan adalah membantu menyiapkan kebutuhan keluarga, menciptakan suasana nyaman di rumah, serta ikut mendorong anggota keluarga untuk patuh terhadap protokol pencegahan Covid 19. Sedangkan upaya kuratif antara lain menjadi perawat dan konselor saat isolasi mandiri bagi anak dan anggota keluarga lainnya.

Pembicara lainnya Komisioner KPAI Margareth menyoroti tentang dampak pandemik pada anak secara mental dan psikis. “Selama masa pandemik ini KPAi menerima aduan dari anak sebanyak 246, terutama karena kini rumah menjadi center, akibatnya anak-anak rentan menjadi korban kekerasan di rumah. Selain juga dari predator anak akibat intensitas penggunaan gadget yang tinggi, “ ujar Margareth.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement