REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pendidikan vokasi diminta untuk mengimplementasikan model pembelajaran project based learning. Hal ini diterapkan guna menjawab persoalan terkait kebutuhan tenaga kerja saat ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto, dengan metode ini pembelajaran di pendidikan vokasi menggunakan proyek sebagai media. Sehingga, tidak hanya hard skill yang terbentuk, namun soft skill juga diperkuat melalui metode tersebut.
"Bagaimana kita menciptakan secara masif (project based learning) di dunia vokasi, itu untuk menjawab pertanyaan industri agar hard skill dan soft skill kuat," kata Wikan kepada Republika.co.id usai sidak yang dilakukan di tiga SMK yang ada di Kota Yogyakarta, Selasa (28/7).
Ia menjelaskan, 60 persen mata pelajaran di SMK merupakan praktik. Sehingga, dengan metode project based learning akan membentuk siswa untuk siap masuk dalam dunia industri.
Bahkan, tidak hanya menjawab kebutuhan industri, melalui metode tersebut siswa dapat berkontribusi dalam memecahkan masalah dalam lingkungan masyarakat. Saat memasuki dunia industri, Wikan menyebut, tantangan yang dihadapi siswa merupakan tantangan riil.
"Makanya kita baru mengembangkan pelajaran berbasis proyek atau berbasis kasus. Dari mana kasusnya, dari masyarakat atau industri," ujarnya.
Menurut Wikan, karya-karya yang diciptakan pendidikan vokasi baik itu SMK maupun kampus vokasi saat ini tidak terpakai. Sebab, masih banyak karya dari siswa SMK dan mahasiswa pendidikan vokasi yang tidak menjawab kebutuhan dunia industri dan hanya sekadar pemenuhan nilai.
"Misalnya perusahan manufaktur alat-alat kesehatan ingin membuat produk baru tempat tidur rumah sakit yang 4.0. Itu diberikan ke SMK atau kampus vokasi agar siswa atau mahasiswa bekerja dalam tim. Ada challenge pesanan industri, tolong puaskan dengan design dan prototipenya," kata Wikan.
Silvy Dian Setiawan