REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengumumkan akan melakukan uji klinis fase III terhadap vaksin Covid-19, yang berasal dari produksi Sinovac Biotech asal China. Diperkirakan uji klinis akan selesai awal tahun 2021 dan jika berhasil segera di produksi masal pada kuartal I 2021. Untuk kebutuhan uji klinis ini, PMI siap menyediakan relawan.
Selain dari Sinovac, ada kandidat vaksin lain yang dikembangkan di Tanah Air. Lembaga Eijkman dan perusahaan farmasi di Indonesia tengah mengembangkan vaksin yang disinergikan oleh Kemenristek/BRIN. Saat ini sebanyak 2.400 vaksin Sinovac telah diterima oleh pemerintah. Vaksin made in China ini sedang dipersiapkan untuk tahapan uji klinis.
Kabar baiknya, per Agustus 2020, vaksin Sinovac diuji coba ke manusia. Sebanyak 1.620 relawan bakal terlibat dalam tahapan uji klinis ini. Dengan adanya vaksin Made in China ini diharapkan dapat menurunkan jumlah kasus pandemi Covid-19 yang mulai membuat masyarakat jengah.
Menurut Pakar Epidemiologi Pandu Riono, uji klinis vaksin sangat membutuhkan proses panjang. Uji klinis vaksin pada umumnya bisa berlangsung antara 6 sampai 12 bulan. "Uji klinis ini tujuannya mencari efek kemampuan melindungi penduduk yang terinfeksi. Kita lagi mencari vaksin yang efektif dan aman, jadi masih panjang," terangnya.
Di samping itu, sebelum pemerintah melakukan uji klinis vaksin Sinovac lebih jauh, sebaiknya memperjelas kerjasamanya dengan China. Apakah kerjasama ini menjadi bagian dari multicenter study sama seperti negara lain, Brasil juga India, atau ada tujuan lainnya.
"Kenapa kok Indonesia bisa mendapatkan privilage dapat vaksin, itu perjanjiannya bagaimana? Biasanya dalam perkembangan vaksin, memang diujicoba dari banyak negara, namanya multicenter study," kata Pandu. Karena baru proses awal, belum waktunya masyarakat mendapat jaminan aman dari Covid-19 dengan adanya vaksin Sinovac.
Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) menyambut baik kehadiran vaksin Sinovac meski baru permulaan saja. "Kita patut bersyukur dan berdoa semoga uji klinis ke-3 ini berjalan baik, dan pada akhirnya menjadi solusi permanen. Tetap harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Mari kita doakan agar prosesnya mulus dan menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan," ujar Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Senin (27/7).
Sudirman menambahkan, PMI tidak terlibat dalam uji klinis vaksin Sinovac. Namun apabila ditugaskan untuk menjadi bagian uji klinis maka PMI langsung sigap.
"Kami tidak ikut dalan proses teknis dan scientific semacam itu. Bila kami ditugasi untuk menjadi bagian dari uji klinis, misalnya menyiapkan relawan untuk uji coba, kami akan lakukan yang terbaik," ujarnya.
Diungkapkan Sudirman, PMI juga telah berpartisipasi dalam pengembangan vaksin dan obat Covid-19. Pembahasan vaksin tersebut sudah pernah dilakukan melalui diskusi dalam forum-forum kepalangmerahan internasional.
"Kita lakukan untuk membahas perkembangan vaksin dan obat. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional siap menjadi mitra orotoritas dalam pengembangan vaksin dan obat," tambahnya.