Sabtu 25 Jul 2020 12:10 WIB

Jadi Limbah, KPU Kaji Ulang Penggunaan Sarung Tangan Plastik

KPU kemudian akan kembali mengkaji penggunaan sarung tangan plastik sekali pakai

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Peserta mengunakan sarung tangan ketika mengikuti simulasi pemungutan suara dalam pemilihan serentak 2020 dengan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (22/7). KPU memastikan protokol kesehatan diterapkan ketat saat pemungutan suara pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember 2020. KPU menggelar simulasi pemungutan suara yang bakal jadi protokol resmi pada hari H pesta demokrasi.Prayogi/Republika.
Foto: Republika/Prayogi
Peserta mengunakan sarung tangan ketika mengikuti simulasi pemungutan suara dalam pemilihan serentak 2020 dengan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (22/7). KPU memastikan protokol kesehatan diterapkan ketat saat pemungutan suara pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember 2020. KPU menggelar simulasi pemungutan suara yang bakal jadi protokol resmi pada hari H pesta demokrasi.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) menerima masukan atas pelaksanaan simulasi pemungutan suara Pilkada 2020 dengan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19 yang digelar di kantor KPU RI, Jakarta, Rabu (22/7) lalu. KPU kemudian akan kembali mengkaji penggunaan sarung tangan plastik sekali pakai bagi pemilih karena dinilai akan menyisakan limbah.

Komisioner KPU RI, Ilham Saputra mengatakan, masukan itu disampaikan Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito yang hadir langsung saat simulasi. KPU diminta memastikan pemilih mencuci tangan sebelum masuk tempat pemungutan suara (TPS) maupun setelah selesai mencoblos.

"Asal cuci tangannya benar dari masuk sampai keluar, menurut dia (Wiku), itu enggak perlu pakai sarung tangan. Karena pertama sulit, kedua adalah limbah, limbah sarung tangan itu akan sangat banyak," ujar Ilham dalam diskusi virtual, Sabtu (25/7).

Ketika simulasi, anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) memberikan sarung tangan plastik sekali pakai sebelum petugas memberikan surat suara kepada pemilih. Akan tetapi, Wiku yang didampingi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menyoroti penggunaan sarung tangan plastik itu.

Selain limbah, pemakaian sarung tangan plastik juga dinilai menyulitkan pemilih membuka surat suara. Pemilih yang buta juga kesulitan membaca huruf braile karena sarung tangan plastik itu.

Ilham memastikan KPU Daerah belum mengadakan sarung tangan sekali pakai itu. Menurutnya, simulasi digelar memang untuk menemukan sejumlah masukan dan evaluasi untuk perbaikan sebelum hari pemungutan suara sebenarnya pada 9 Desember 2020 mendatang.

Berikutnya, Yurianto lebih menyarankan pemilih mencelupkan jari ke tinta secara mandiri seperti biasanya, daripada ada petugas yang meneteskan tinta ke jari pemilih. Menurutnya, sebisa mungkin petugas yang dilibatkan tidak banyak untuk mengurangi interaksi orang di dalam TPS.

"Kekhawatiran semua orang memasukkan tangannya dicelup itu akan menularkan. Tapi kata Pak Yuri kemarin enggak ada hubungan penularan dengan memasukan tangan ke botol tinta. Nanti akan kita coba kaji kembali, minta pendapat ke Kemenkes juga," kata Ilham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement