Jumat 24 Jul 2020 23:35 WIB

OTG Covid-19 tak Perlu Diisolasi di Rumah Sakit 

Sebagian besar kasus baru Covid-19 di Yogyakarta merupakan OTG.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
OTG Covid-19 tak Perlu Diisolasi di Rumah Sakit . Pengendara sepeda motor yang tak mengenakan masker melintas di kawasan bangunan cagar budaya Panggung Krapyak, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
OTG Covid-19 tak Perlu Diisolasi di Rumah Sakit . Pengendara sepeda motor yang tak mengenakan masker melintas di kawasan bangunan cagar budaya Panggung Krapyak, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lonjakan kasus baru positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam beberapa hari belakangan terus terjadi. Sebagian besar kasus baru positif Covid-19 merupakan orang tanpa gejala (OTG).  

Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, OTG tidak perlu diisolasi di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. "Seperti di Bantul, mempunyai Rumah Sakit Lapangan khusus Covid di Bambanglipuro yang saat ini menampung kasus tanpa gejala tersebut, terutama bagi kasus penduduk Bantul," kata Berty, Jumat (24/7).

Baca Juga

Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) DIY, Irene mengatakan, lonjakan kasus di DIY ini dikarenakan meningkatnya jumlah pelacakan (tracing) dan pemeriksaan (screening) yang dilakukan. Bahkan, sampel Covid-19 yang diperiksa mencapai ratusan hingga ribuan per hari dari tes swab yang sudah dilakukan.

"Kalau dulu misalnya diperiksa 10 kasus, positif satu. Sekarang karena diperiksanya 100, ya positifnya 10 wajar. Secara jumlah bertambah, tapi secara (positive) rate ya sama saja satu per 10 dengan satu per 100," kata Irene.

Irene menyebut mengikis fenomena gunung es dengan terjadinya peningkatan kasus ini. Dengan peningkatan tracing dan screening ini akan menemukan kasus lebih dini.

Sehingga, banyak kasus yang ditemukan OTG dikarenakan sudah ditemukan lebih dini. Dengan begitu, OTG ini tidak perlu untuk dirawat di rumah sakit.

"Kita menemukan kasus secara dini, yang makna terbesarnya secara case detection memutus rantai penularan dan secara case holding menemukan kasus lebih dini. Sehingga OTG tidak perlu dirawat di RS dengan biaya mahal dan secara manusianya tidak perlu sampai menimbulkan kematian," ujarnya.

Meningkatnya tracing dan screening juga disebabkan pelatihan melakukan swab oleh petugas Puskesmas di DIY. Irene menyebut, seluruh Puskesmas sudah bisa melakukan tes swab, yang nantinya sampel dari swab tersebut dikirimkan ke laboratorium.

"Sehingga kita jadi punya banyak tenaga terlatih yang mampu melakukan swab. Semakin banyak tracing maka semakin terputus rantai penularan," ujar Irene.

Saat ini di BBTKLPP DIY sendiri, sampel yang diperiksa mencapai 900 hingga 1.000 sampel per harinya. Pemeriksaan ini meningkat yang sebelumnya hanya bisa memeriksa paling banyak 300 sampel.

"Lab BBTKLPP saat ini bekerja hampir 15 jam sehari dan menyelesaikan 8-10 batch pemeriksaan untuk DIY dan Jateng. Alhamdulillah Pemda DIY dan Jawa Tengah membantu kami dalam pengadaan reagen dan BHP (Bahan Habis Pakai)," kata Irene.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement