REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ekonom senior Rizal Ramli menilai, Provinsi Jawa Barat harus bisa menjadi lumbung pangan nasional. Rizal melihat hal itu dari potensi yang ada dan luasnya lahan pertanian serta banyaknya ahli yang berada di Jabar, sangat mendukung Jabar sebagai lumbung pangan.
Namun,dia menyebut, selama ini sektor pertanian di Jawa Barat kurang termaksimalkan. "Teknologi harus dimanfaatkan benar. Jangan asal bilang kalau tanaman A atau B tidak bisa tumbuh di daerah tertentu. Karena dengan teknologi semuanya bisa dilakukan," ujar Rizal dalam diskusi virtual bertajuk Dampak Corona Terhadap Industri dan Pertanian Jawa Barat, belum lama ini.
Menurutnya, sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di Jabar memungkinkan daerah ini menjadi lumbung pangan. Dengan banyaknya universitas terbaik di Jawa Barat seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) seharusnya daerah ini unggul dari segi pertanian.
panen
Seharusnya, kata dia, pemerintah pusat maupun provinsi harus mampu memberikan dukungan termasuk anggaran agar para peneliti sektor pertanian di Jabar bisa membuat provinsi ini kaya akan pangan.
"Bantu mereka untuk bisa melakukan inovasi dan berbagai macam percobaan," kayanya.
Menurutnya, di saat pandemik virus corona seperti ini pemerintah daerah seharusnya bisa menggenjot produksi sektor pertanian. Apalagi, sektor ini, tidak banyak tersentuh penyebaran Covid-19.
Sehingga, kata dia, ketika produksi digenjot hasilnya kemudian bisa lebih memungkinkan diekspor karena banyak negara melakukan lock down yang membuat produksi pangannya kekurangan.
"Garap dengan baik dari sekarang agar bisa bisa menjadi eksportir pangan," katanya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, bahwa pangan dan pertanian merupakan sektor yang paling sedikit terdampak pandemi Covid-19 dengan persentase penurunan pertumbuhan ekonomi keduanya hanya 0,9 persen dari 4,1 persen. Sementara sektor yang paling terdampak perekonomiannya oleh pandemi global tersebut adalah sektor jasa dan manufaktur, dengan penurunan dari 7,2 persen menjadi 2,4 persen.
Menurutnya, mengindikasi sektor pertanian adalah zona ekonomi yang paling tangguh terhadap interupsi Covid-19. Dari sisi epidemiologi, faktor penguat lain yakni penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu mayoritas menyebar di perkotaan atau kawasan padat penduduk.
"Ada kerumunan, di situ ada Covid-19. Jauh dari kerumunan, jauh juga dari Covid-19. Maka kota lebih banyak kasusnya dibandingkan kabupaten," katanyam
Pasca-Covid-19, kata dia, Pemprov Jabar akan memaksimalkan sektor pertanian dan ketahanan pangan sebagai salah satu unggulan Jabar di masa depan dengan pemanfaatan teknologi digital.
Dari sisi ketahanan pangan, target Jabar adalah swasembada dengan mengurangi impor secara bertahap. Kemudian, perdagangan antar daerah juga akan lebih dikendalikan dengan tidak bergantung pada mekanisme pasar.
"Ketahanan pangan ini juga berpengaruh terhadap inflasi yang kuncinya adalah jaminan pasokan dan mata rantai diperbaiki. Jangan sampai orang Bogor beli telur di Jakarta padahal telurnya berasal dari Sukabumi," katanya.