REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti hewan qurban drh Supriyanto MVPH mengajak para penderita flu tidak mengelola daging qurban. Ini sebagai bagian dari menjaga protokol kesehatan menghindari Covid-19.
"Orang dengan gejala batuk flu dilarang menangani pemotongan," kata Supriyanto dalam webinar DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jakarta Selatan, Rabu (22/7).
Webinar yang diselenggarakan DPD LDII Jaksel itu diselenggarakan dalam rangka mensosialisasikan tata cara kurban di masa pandemi Covid-19. Acara tersebut menggandeng Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kota Jaksel serta Suku Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jaksel.
Selain itu, dia mengajak para panitia penyembelihan daging qurban untuk mengatur sedemikian rupa supaya saat proses memotong hewan tidak terjadi kerumunan, terutama dari unsur masyarakat.
Penggiat dan Peneliti Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging ASUH Yogyakarta itu juga mengingatkan bagi setiap orang yang menangani daging kurban agar menggunakan masker dan menjaga kebersihan.
Penting juga, kata dia, panitia menyediakan tempat cuci tangan dan sabun di tempat strategis pemotongan hewan. "Panitia qurban seminimal mungkin menghindari kerumunan," katanya.
Supri mengatakan segala tindakan yang dilakukan sebelum pemotongan hewan sangat berpengaruh pada kualitas daging yang dihasilkan. Maka dari itu, penting agar menjaga hewan seperti mengatur agar hewan qurban tidak stres.
Dia mencontohkan hewan yang stres saat disembelih dagingnya akan banyak mengandung asam laktat dan mengandung zat glikogen yang cukup.
Dengan begitu, kata dia, daging hewan qurban yang dihasilkan baik dan tidak menjadi keras. Proses pengeluaran darah dari daging qurban juga menjadi sempurna dan tidak membuat daging mudah berbau anyir dan busuk.