REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menggelar simulasi pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di halaman kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Rabu (22/7). Simulasi dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19.
Simulasi dimulai sekitar pukul 07.00 WIB yang didahului dengan penyemprotan cairan disinfeksi di area kantor KPU RI. Ketua KPU RI Arief Budiman juga terlihat memberikan pengarahan kepada jajarannya didampingi Komisioner KPU RI Hasyim Asy'ari, Ilham Saputra, Viryan Aziz, dan I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi.
Anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS dan para saksi mengenakan alat pelindung diri seperti masker, face shield atau pelindung wajah, dan sarung tangan karet. Pemilih dapat memastikan namanya tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dimuat di papan sebelum masuk TPS.
simul
Berdasarkan pantauan Republika melalui siaran daring di akun resmi Facebook KPU RI, sebelum masuk ke tempat pemungutan suara (TPS), pemilih dicek suhu tubuhnya menggunakan alat thermometer tembak. Setelah itu, pemilih dipersilakan masuk untuk menyerahkan undangan pemungutan suara dan memperlihatkan KTP.
Kemudian pemilih menunggu antrian terlebih dulu di kursi yang diatur dengan menjaga jarak. Sebelum mencoblos, pemilih diberikan sarung tangan lalu menerima surat suara.
Setelah mencoblos, pemilih diberikan tinta sebagai tanda sudah menggunakan hak pilihnya dengan cara diteteskan oleh petugas. Selanjutnya, pemilih diarahkan untuk mencuci tangan dengan sabun cair dan air mengalir di luar TPS.
Di tengah-tengah simulasi, terlihat kehadiran Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto dan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Keduanya didampingi Arief dan Ilham, serta Ketua Bawaslu RI Abhan untuk dapat mengikuti simulasi.
Yuri turut menyimulasikan diri sebagai pemilih. Dia mengikuti rangkaian simulai mulai dari mengantre masuk TPS, mendaftar diri, menunggu dipanggil, menggunakan sarung tangan plastik, mencoblos di bilik suara, hingga diteteskan tinta oleh petugas. Akan tetapi, ia tidak menggunakan surat suara dalam simulasi.
Yuri pun memberikan arahan atau masukan di setiap tahapan simulasi pemugutan suara itu. Dia mempertanyakan penggunaan sarung tangan plastik, karena penularan virus masuk saluran pernafasan, bukan melalui kulit.
Yuri juga mengkritik pelibatan banyaknya petugas saat pemungutan suara untuk mencegah kerumunan orang. Menurutnya, KPU dapat menyediakan tinta dan pemilih sendiri mencelupkan jarinya ke tinta.
"Kalau menurut saya makin banyak orang dilibatkan, disiapkan model celup lalu lepas. Enggak perlu masang orang, masang orang," kata Yuri.
Hingga saat ini, simulasi masih berlangsung yang diikuti oleh pegawai KPU. Simulasi juga dilakukan terhadap pemilih yang sedang hamil, penyintas disabilitas yang menggunakan kursi roda, pemilih yang buta, dan orang lanjut usia. Selama simulasi dilaksanakan, petugas KPPS selalu mengimbau masyarakat selalu menjaga jarak.