Selasa 21 Jul 2020 14:25 WIB

Sebelum Ada Vaksin Covid, Jabar Tetap Waspada

Dari sisi epidemiologi, Jabar masuk kategori terkendali. 

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.
Foto: humas Pemprov Jabar
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan, kewaspadaan Jabar dalam menanggulangi Covid-19 tak akan berkurang sampai vaksin atau obat Covid-19 ditemukan. Salah satu bentuk kewaspadaan Jabar terlihat dari konsistensi tes masif. Berdasarkan data PIKOBAR (Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar) pada Senin (20/7) malam WIB, swab test yang telah dilakukan sebanyak 105.184 sampel. Sementara rapid test sebanyak 223.976 sampel. Total tes masif di Jabar mencapai 329.160 sampel. 

“Sampai vaksin ditemukan kami tidak akan mengurangi kewaspadaan, kuncinya adalah pengetesan sebanyak-banyaknya dan semasif-masifnya,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Senin petang (20/7).

Menurut Emil, kalau dari sisi epidemiologi, Jabar masuk kategori terkendali. Begitu juga, dari sisi ekonomi juga sudah mulai bergerak.

Sementara itu, menurut Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Setiawan Wangsaatmaja, angka reproduksi kasus Covid-19 terhadap waktu (Rt) Covid-19 per 16 Juli 2020 berada di angka 0,75. 

Selain itu, kata Setiawan, Jabar berada di peringkat 25 secara nasional untuk indeks kasus terkonfirmasi positif dihitung dari populasi. "Setiap 1 juta populasi penduduk Jawa Barat terdapat kurang lebih 111 kasus positif Covid-19,” katanya. 

Setiawan mengatakan, tingkat keterisian ruang perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan terus berkurang. "Dari 11 Juli 2020 asalnya 29,38 persen dan 18 Juli 2020 menjadi 27,35 persen. Sedangkan di IGD dan ICU juga relatif rendah yaitu IGD hanya 4,3 persen dari ketersediaan 437 dan ICU terisi hanya 15,7 persen dari ketersediaan 241,” katanya. 

“Dan WHO mengatakan bahwa ketersediaan ruang isolasi ini harus di bawah 60 persen. Jadi, kami di Jawa Barat melihat masih di bawah jauh dari standar WHO tersebut,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement