REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi yang mengguyur Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) selama satu minggu mengakibatkan meluapnya sungai Konaweha dan sungai Jahambuti pada Rabu, pukul 05.15 WITA (15/7). Setidaknya terdapat 50 desa di 16 Kecamatan terdampak oleh banjir akibat meluapnya sungai tersebut.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengutip laporan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa sedikitnya 3.306 KK terdampak banjir dan membuat kurang lebih 4.046 jiwa terpaksa mengungsi.
"Selain itu, dari sesi kerugian materil, banjir ini menyebabkan sekitar 1.438 rumah dan 11.800 hektare area (Ha) sawah terendam, serta mengancam lahan perkebunan dan perikanan yang terendam gagal panen," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (21/7).
Dia menambahkan, jembatan yang menjadi akses transportasi di Kabupaten Konawe, yakni di Kecamatan Lambuya, Kecamatan Tongauna, dan Kecamatan Latoma terputus akibat terjangan banjir. Sementara itu, terdapat empat jembatan lainnya yang masih terendam oleh banjir.
"Selain itu, jaringan komunikasi, listrik, dan akses terhadap air bersih juga ikut terkendala akibat banjir yang saat ini masih merendam bagian hilir sungai Konawe dan sungai Jahambuti," katanya.
Berdasarkan pantauan, kondisi terakhir di Bendung Wawotobi pada 19 Juli 2020, Tinggi Muka Air (TMA) tercatat setinggi 230 cm. Posko dan tempat pengungsian juga terpantau berada di lokasi-lokasi strategis, seperti balai desa, tempat ibadah, sekolah-sekolah, dan rumah tangga. Namun, dia mengakui, terdapat satu desa di Kecamatan Routa, yakni Desa Lalomerui yang masih terisolasi disebabkan oleh akses jalan yang masih tertimbun longsor. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Camat Routa, terdapat 50 KK yang harus mengungsi di kecamatan tersebut.
Meskipun sebagian pengungsi terlihat mendirikan tenda pengungsian secara mandiri, ia mengeklaim Pemerintah Kabupaten Konawe juga terus mengirimkan bantuan kebutuhan dasar serta layanan kesehatan bagi pengungsi.
Ia mengaku, TRC Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe juga berupaya untuk mendistribusikan logistik ke beberapa desa yang tersebar di Kecamatan Puriala dan Kecamatan Pondidaha. Kemudian, mendirikan dan membuka dapur umum lapangan, melakukan monitoring pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Konawe, melakukan evakuasi korban terdampak banjir, serta mendistribusikan air bersih.
"Tim BPBD Kabupaten Konawe juga tengah menyiapkan perahu jenis Tamaran guna mengangkut suplai logistik ke daerah yang tidak dapat diakses melalui jalur darat," ujarnya.
Serta aktivasi Posko Tanggap Darurat Bencana berpusat di kantor BPBD Kabupaten Konawe.
Pendampingan posko dan administrasi yang dilakukan Tim BNPB saat ini mencatat beberapa kebutuhan yang mendesak.
"Seperti, air bersih, makanan siap saji, selimut, peralatan pembersih rumah, matras/tikar, family kit, obat-obatan, pakaian dewasa dan anak-anak, serta kebutuhan bayi dan balita," katanya.