Senin 20 Jul 2020 23:50 WIB

Covid-19 Diprediksi Dua Tahun, Ini Pendapat Kemenkes

Secara institusi Kemenkes belum merilis prediksi kapan Covid-19 akan berakhir.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Covid-19 Diprediksi Dua Tahun, Ini Pendapat Kemenkes. Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Covid-19 Diprediksi Dua Tahun, Ini Pendapat Kemenkes. Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sependapat dengan hasil riset para ilmuwan dari University of Minnesota yang memprediksikan bahwa Covid-19 akan berlangsung antara 18 dan 24 bulan. Artinya Covid masih menjadi ancaman manusia termasuk dunia usaha.

"Kalau melihat trend dan situasi  yang sekarang bisa jadi kita tetap hidup dengan Covid-19 sampai dengan tahun depan," kata Fungsional ahli analis kebijakan utama Kemenkes, Siswanto saat dihubungi, Senin (21/7).

Dihubungi terpisah Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto tak membantah bahwa prediksi itu bisa saja terjadi. Meski secara institusi Kemenkes belum merilis prediksi di tahun keberapa Covid-19 akan berakhir. 

"Prediksi Kemenkes sama tak usah diadu-adu (konfirmasi ulang). Beliaukan (siswanto) staf ahli Menkes juga," kata Achmad yang juga jubir pemerintah penanganan Covid-19, saat dihubungi, Senin (21/7).

Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular (CIDRAP)pandemi ini bertumpu pada kekebalan kelompok. Artinya, mengacu pada resistensi masyarakat luas terhadap penyebaran penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar orang kebal, baik melalui vaksinasi atau sudah pernah terpapar sebelumnya.

“Panjang pandemi kemungkinan akan (berlangsung) 18 hingga 24 bulan karena kekebalan kelompok secara bertahap akan berkembang dalam populasi manusia,” tulis laporan tersebut.

Dalam penelitian ini, para ahli mengamati delapan pandemi influenza utama yang berasal dari tahun 1700 an serta data tentang virus corona baru untuk membantu memperkirakan bagaimana Covid-19 dapat menyebar selama beberapa bulan dan tahun mendatang.

Dari delapan pandemi flu terakhir, para ilmuwan mengatakan tujuh flu memiliki puncak substansial kedua, sekitar enam bulan setelah yang pertama terjadi. Selain itu, beberapa flu memiliki gelombang kasus yang lebih kecil selama dua tahun, setelah wabah awal muncul.

Hasil penelitian menjelaskan pencabutan pembatasan sosial bisa dilakukan jika sekitar 60 sampai 70 persen populasi sudah memiliki kekebalan. “Mengingat penularan SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan Covid-19), maka 60-70 persen populasi mungkin perlu kekebalan untuk mencapai ambang kritis kekebalan kelompok untuk menghentikan pandemi ini.”

Hasil lainnya menyebut diperlukan waktu untuk dapat mencapai titik kekebalan. Sayangnya, saat ini data dari hasil tes darah baru menunjukkan hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan populasi yang telah terinfeksi.

Laporan tersebut juga menjabarkan beberapa skenario yang mungkin terjadi, termasuk skenario di mana gelombang penyakit yang lebih besar dapat terjadi pada musim gugur atau musim dingin pada 2020. Skenario lainnya, ada kemungkinan gelombang sakit yang lebih kecil, terjadi pada 2021.

Para peneliti mengatakan model itu mirip dengan pola yang terlihat pada 1918 di Spanyol. Saat itu, pandemi flu membutuhkan sejumlah langkah mitigasi pada musim gugur, dalam upaya menekan penyebaran infeksi dan mencegah sistem kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement