REPUBLIKA.CO.ID, Menjelang matahari terbenam, Supramanto atau yang kerap dipanggil Manto (55 tahun) sedang menyirami tanaman yang ia tanam di bawah Tol Becakayu, Cipinang, Jakarta Timur. Tadinya, di bawah Tol Becakayu adalah lahan kosong, namun ia bersama kedua rekannya yakni, Timbul dan Toyo memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami berbagai macam tanaman.
Sebelumnya, ia sudah izin kepada pemerintah setempat. Dan sudah mulai menanam sekitar setahun tahun yang lalu. "Saya sudah izin dengan pemerintah setempat untuk memanfaatkan lahan kosong ini agar ditanami tanaman. Karena diizinkan yaudah manfaatkan," kata Manto kepada Republika, Jumat (17/7).
Oleh karena itu, ia mulai menanam singkong, terong, pepaya, dan kacang tanah. Untuk kacang tanah sendiri kata dia sudah tidak lagi ditanam sebab banyak hama tikusnya.
Selain terong dan pepaya, kini Manto menanam pula bibit kol dan cabai. Ia bersyukur lantaran tanah tersebut subur jadinya bisa ditanami tanaman yang bervariasi.
Hasil tanamannya ia pergunakan untuk diri sendiri dan warga setempat. Pria berumur 55 tahun itu ikhlas diambil warga walaupun untuk perawatannya merogoh kocek sendiri.
"Kalau warga ada yg minta ambil aja silahkan. Kayak kembang turi banyak yg ambil buat obat," ujarnya.
Menurut dia awalnya warga dari RW 1 Cipinang Melayu terlebih dahulu yang mulai menanam di bawah Tol Becakayu. Hari demi hari warga lain pun mengikuti hal yang sama. Manto selaku ketua RT 6 Cipinang Melayu menuturkan ia tidak mendata siapa saja yang menanam di sini.
Tadinya, Manto menanam tepat di bawah tol, akan tetapi karena jarang terkena sinar matahari, ia pun akhirnya menanam lahan di sepinggir jalan agar terkena sina matahari. Manto mulai menyiram tanaman pada sore hari hingga menjelang maghrib.
"Kalau saya nyiram biasanya abis ashar sampai mau maghrib. Itu pun kalau lagi kosong. Biar ga mati aja ini tanaman," katanya.
Aktivitas menanam disambut baik oleh warga setempat. Manto menjelaskan warga turut senang lantaran hasilnya juga bisa dirasakan. Selama ini belum ada donatur yang ikut menyumbangi. Namun, kata dia sesekali ada warga yang mau ambil hasil tanaman dengan membayar.
"Misalnya mau singkong atau bibit. Saya siapain atau dia ambil sendiri. Terus nanti dia kasih uang ke saya Rp 20 ribu," katanya.
Rekan Manto lain, Sutimbul (56 tahun) atau yang kerap dipanggil Timbul menjelaskan ia baru mulai menanam lengkuas, kunir, dan cabai. "Sekarang baru nanam lengkuas, cabai, kumir, kunyit. Bareng-bareng kita tanam buat penghijauan yang jelas," kata Timbul.
Selain menanam saluran air yang ada di bawah tol ia manfaatkan juga untuk budi daya ikan lele. Timbul mengaku lele tersebut ia pesan dari Pondok Gede berjumlah 4.600 ekor. Lele ini nantinya ia juga akan jual jika ukurannya sudah siap panen atau 70-80 gram per ekor.
Sedangkan untuk tanaman karena ia baru menanam ia masih menunggu hasilnya nanti. Jika bagus, akan dijual tapi jika tidak akan dikasib ke tetangga saja. Baik tanaman atau lele yang ia jual harga yang dipatok seikhlasnya.
"Kalau dijual harganya sekasihnya. Kadang-kadang Rp 20 ribu buat tiga pohon nanti dia metik sendiri," tuturnya.
Ia mengaku ikhlas jika tanaman atau lele dibayar seikhlasnya. Walaupun memang untuk perawatan dan budi daya sendiri merogoh kocek dompetnya. Hal lain yang membuatnya ikhlas karena ia bersama kawan-kawannya mempunyai hobi yang sama yakni menanam.
Terpenting kata Timbul, jika ada yang mau tanaman atau lele ada baiknya meminta izin terlebih dahulu. Pria 56 tahun ini mengungkapkan tak masalah jika lahan kosong tersebut nanti akan digusur.
"Enggak apa-apa kalau digusur kan ini punya pemerintah. Namanya kan kita manfaatkan mumpung ini kosong. Tidak masalah," tuturnya.
Pria paruh baya ini memang tidak mempunyai pekerjaan lain. Sebab, ia tidak diizinkan oleh anaknya untuk bekerja lantaran sudah tua. Selain itu ia menjelaskan sehari-hari hanya mengantar istri bulak-balik pasar dan merawat tanaman di bawah Tol Becakayu.