Ahad 19 Jul 2020 14:55 WIB

Prof Haedar: Pandemi Ini Nyata Bukan Ilusi atau Konspirasi

Haedar menilai pandemi Corona telah mengubah kehidupan di berbagai aspek.

Rep: Muhyiddin/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Aisyiyah menyelenggarakan Tanwir ketiga di Yogyakarta pada Ahad (19/7). Pelaksanaan Tanwir secara daring ini diadakan secara khusus dikarenakan keadaan akibat pandemi Covid-19, yang tidak memungkinkan untuk pertemuan langsung dengan melibatkan jumlah orang yang banyak.

Dalam pidatonya iftitahnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan bahwa kehidupan dalam berbagai aspek tengah berada dalam keadaan darurat. Banyak hal berubah karena pandemi ini dari normal menjadi tidak normal.

Baca Juga

Menurut dia, masyarakat Indonesia telah melewati keadaan darurat ini selama empat bulan dan disertai dengan sejumlah masalah berat disertai ikhtiar. Bahkan, menurut dia, penularan Covid-19 sampai hari ini masih tinggi meskipun pemerintah menetapkan kebijakan “New Normal”.

Menurutnya, tentu tidak mudah hidup dalam suasana abnormal seperti ini lebih-lebih jika diukur dengan standar dan cara berpikir yang normal. “Pandemi ini nyata dan bukan ilusi atau konspirasi, meski mungkin masih ada sebagian orang yang mengembangkan teori konspirasi dan mempercayainya,” ujarnya dalam pidato iftitahnya di acara Tanwir Muhamadiyah dan Aisyiah di Yogyakarta, Ahad (19/7).

Namun, lanjut dia, kenyataannya virus Corona ini berbahaya dan telah memakan korban jiwa meninggal lebih 400 ribu orang, serta lebih 7 juta terinfeksi positif meluas di seluruh negara yang terkena. “Secara faktual siapapun tidak ada yang mau terkena dan berani mendekat atau menangani pasien yang positif kecuali para dokter dan tenaga kesehatan di Rumah Sakit,” ucapnya.

Dia menambahkan, mungkin masih ada pihak membandingkan jumlah yang meninggal akibat Corona kalah dibanding penyakit lain atau sebab lainnya.  Namun dari segi kemanusiaan kematian akibat wabah atau apapun bukanlah deretan angka statistik.

“Kematian satu orang pun menyangkut jiwa manusia yang sangat berharga,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement