REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi III Bidang Edukasi Sosialisasi Partisipasi dan Kemitraan pada Badan Restorasi Gambut (BRG) Myrna A Safitri mengatakan pihaknya terus melakukan sejumlah upaya untuk membantu pemulihan ekosistem gambut. Pemulihan ekosistem gambut dilakukan melalui empat tahapan.
"Pertama, kita melanjutkan infrastruktur untuk membantu pembasahan lahan gambut," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Jumat (17/7).
Pembangunan infrastruktur tersebut di antaranya pembuatan sumur bor dan sekat kanal yang dapat menyimpan cadangan air di lahan gambut.
Tahapan kedua ialah BRG melakukan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang ada. Hal ini agar fungsinya semakin baik terutama menjamin ketersediaan air di lahan gambut tersebut.
Ia mengatakan proses pemulihan lahan gambut yang sudah rusak di berbagai daerah membutuhkan waktu yang cukup lama. Kerusakan tersebut sudah terjadi puluhan tahun lalu. Sementara upaya pemulihan dengan restorasi gambut baru berjalan empat tahun jadi belum bisa mengembalikan secara maksimal.
"Tinggi muka air saja belum kembali seperti semula. Jadi masih mudah terbakar kalau masih terus dilakukan upaya pembakaran," katanya.
Baik BRG maupun pemerintah sepakat bahwa kerusakan lahan gambut di Tanah Air karena adanya pembakaran.
Selanjutnya, tahapan ketiga yang dilakukan BRG ialah melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lagi.Hal ini juga dilakukan termasuk kepada para petani yang diselenggarakan Sekolah Lapang.
"Di Sekolah Lapang itu kita memperkenalkan teknik pertanian tanpa bakar," ujar dia.
Terakhir, guna meminimalisasi kebakaran lahan gambut, BRG juga melakukan pemantauan dengan alat deteksi Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA). Alat tersebut berfungsi untuk mengetahui apakah gambut tersebut masih basah atau sudah kering berdasarkan ketinggian air di bawah tanah.