REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Semua negara berlomba dalam melakukan riset dalam upaya mengendalikan meluasnya wabah Covid-19. Mulai dari melakukan penelitian untuk vaksin, obat hingga bagaimana upaya manusia agar tetap fit menjaga stamina tubuh.
Salah satu riset IPB University yang berhasil mendapat pendanaan dari pemerintah Republik Indonesia akan dilakukan oleh Dr Kustiariyah Tarman, dosen IPB University dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan tim terkait riset peningkatan imunitas dari biota laut.
Departemen Teknologi Hasil Perairan sudah secara berkelanjutan meneliti dan mengembangkan biota laut untuk berbagai produk pangan maupun non-pangan. Riset ini rencananya akan dilaksanakan dua tahun. Tahun pertama fokus untuk formulasi dan karakterisasi produk yang dihasilkan. Dan tahun kedua untuk menentukan masa simpan (stabilitas selama penyimpanan) dan uji khasiatnya.
Dr Kustiariyah tertarik untuk melakukan riset terkait biota laut untuk imunitas karena menurutnya, sudah banyak literatur, baik berupa publikasi ilmiah maupun pengalaman empiris masyarakat tentang manfaat biota laut yang dapat meningkatkan imunitas. Di samping itu, Indonesia memiliki kekayaan hayati laut yang keragamannya sangat tinggi, namun masih banyak biota laut yang belum dieksplorasi.
“Bahan alam hasil laut (marine natural products) yang dilaporkan dapat meningkatkan imunitas tubuh di antaranya omega 3, peptida/protein, vitamin, mineral, beta glukan dan senyawa bioaktif lainnya. Komponen atau senyawa tersebut di antaranya dapat kita ekstrak dari ikan, makroalga/rumput laut, mikroalga, invertebrata contohnya teripang, fungi laut dan lain sebagainya,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (15/7).
Saat ini Indonesia adalah salah satu produsen utama di dunia untuk berbagai biota laut, di antaranya tuna, rumput laut dan udang. Keragaman hayati laut Indonesia sangat tinggi dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk bernilai tambah. Namun, saat ini masih banyak sumberdaya hayati laut Indonesia yang belum dieksplorasi.
Menurutnya, pemanfaatan biota laut di Indonesia hingga kini masih belum maksimal, contohnya adalah rumput laut. Indonesia merupakan produsen utama rumput laut di dunia, namun sayangnya sebagian besar rumput laut tersebut masih diekspor dalam bentuk rumput laut kering atau sebagai bahan baku (raw materials).
Tantangannya, kata dia, adalah pengembangan biota laut menjadi produk bernilai tambah. Perlu kerjasama berbagai pihak yaitu peneliti, baik dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian, swasta/industri, pemerintah dan masyarakat. Jika kerjasama tersebut sudah terjalin dengan baik maka pengembangan produk berbasis biota laut dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
“Produk suplemen yang akan kami teliti adalah salah satu bentuk pengembangan produk berbasis biota laut. Selain untuk bahan pangan dan suplemen, biota laut juga mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan produk obat dan kosmetik. Biota laut mengandung berbagai senyawa bioaktif diantaranya sebagai antimikroba, antikanker, dan antioksidan,” ujarnya.
Dengan riset ini diharapkan akan tersedianya suplemen berbasis biota laut yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan imunitas. “Selain itu, meningkatnya nilai tambah biota laut yang digunakan juga dapat menjadi pemicu bagi masyarakat pesisir untuk menyediakan bahan baku yang digunakan, misalnya dengan kegiatan budidaya teripang,” paparnya.
Dr Kustiariyah berharap riset ini dapat berjalan dengan baik dan lancar serta menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas.