REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian (Kementan) yang menciptakan inovasi terkait kalung antivirus corona (kalung eucalyptus). Namun, menurutnya, apa yang dilakukan Kementan belum tentu benar.
"Itu satu hal yang baik, siapa pun warga negara, baik pemerintah pejabat, legislasi, tokoh-tokoh masyarakat berkeinginan untuk membantu mengendalikan saya apresiasi, cuma kan betul belum tentu benar. Betul, tapi tidak benar," kata Rahmad dalam diskusi daring, Sabtu (11/7).
Politikus PDIP itu menilai, seharusnya terkait antivirus diserahkan kembali menjadi tupoksi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Jika dalam prosesnya temuan yang dilakukan Kementan setelah melalui proses uji lab ternyata berkhasiat, maka hal tersebut harus tetap diserahkan kepada Kemenkes.
"Itu yang selalu kita sampaikan kepada pemerintah, boleh silakan berlomba-lomba untuk kebaikan itu boleh, tapi untuk masalah anggaran ya kita semprit dong bukan tupoksi dia kok," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufri telah mengklarifikasi terkait kalung yang diklaim sebagai antivirus corona. Dia menegaskan, Kementan melalui Balitbangtan, tidak mengklaim temuan eucalyptus sebagai antivirus terhadap Covid-19.
Kementan hanya melalukan uji coba kepada virus corona secara umum kepada model virus corona. "Saya tidak mengklaim Covid-19, karena kita tidak menguji kepada Covid-19. Kita hanya menguji kepada corona model," kata Fadjry, Senin (6/7).
Sejauh ini, dia mengakui, hasil temuan tersebut belum melalui tahap uji pra klinis maupun uji klinis. Karena itu, belum dapat diklaim sebagai antivirus corona meskipun secara penelitian laboratorium menunjukkan potensi besar.
Meski demikian, hasil temuan tersebut telah dipatenkan dan telah teregistrasi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, masih terdaftar sebagai produk jamu herbal.