Kamis 09 Jul 2020 15:07 WIB

UNHCR Mendata Pengungsi Rohingya di Aceh

UNHCR telah memulai proses registrasi pengungsi Rohingya sejak 5 Juli

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang pria etnis rohingya menjalani identifikasi dan pemeriksaan di tempat penampungan sementara, bekas kantor Imigrasi Punteuet, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (26/6/2020). Hasil identifikasi dan pemeriksaan tes diagnosa cepat (rapid test) COVID-19 menyatakan sebanyak 99 orang etnis Rohingya dinyatakan non reaktif. ANTARA FOTO/Rahmad/pras
Foto: ANTARA FOTO/RAHMAD
Seorang pria etnis rohingya menjalani identifikasi dan pemeriksaan di tempat penampungan sementara, bekas kantor Imigrasi Punteuet, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (26/6/2020). Hasil identifikasi dan pemeriksaan tes diagnosa cepat (rapid test) COVID-19 menyatakan sebanyak 99 orang etnis Rohingya dinyatakan non reaktif. ANTARA FOTO/Rahmad/pras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) telah mulai mendata para pengungsi Rohingya yang diselamatkan dari perairan Aceh utara pada pertengahan Juni lalu. UNHCR telah memulai proses registrasi sejak 5 Juli dan diperkirakan selesai pada 12 Juli mendatang.

"Hingga hari ini, sebanyak 65 dari 99 migran (Rohingya) telah didata oleh UNHCR Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers secara daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Pada akhir pekan ini, puluhan pengungsi tersebut akan dipindahkan ke Balai Latihan Kerja Meunasah Mee, Lhokseumawe, yang akan menjadi tempat penampungan baru mereka. Palang Merah Indonesia (PMI) didukung oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) juga telah mulai menjalankan program pemulihan untuk membantu menghubungkan kembali para pengungsi dengan keluarga.

“Terdapat 25 anak-anak berusia antara 5-17 tahun yang tiba tanpa keluarga di kelompok ini,” tutur Retno.

Dua orang warga Rohingya yang sempat sakit dan dirawat sekarang telah pulih dan kembali ke tempat penampungan. Dalam konteks ini, layanan kesehatan telah disediakan di tempat penampungan guna menangani pengungsi yang menderita sakit ringan. RS Cut Meutia di Lhokseumawe juga bersiaga untuk mengantisipasi pengungsi dengan penyakit yang serius.

Pengungsi Rohingya yang terdiri dari 48 perempuan, 17 laki-laki, serta 34 anak-anak itu dievakuasi oleh nelayan Aceh utara pada 22 Juni 2020 setelah kapal yang mereka tumpangi rusak dan terapung-apung di laut. Pemerintah setempat bersama sejumlah lembaga sosial telah membantu menyediakan kebutuhan pokok bagi para pengungsi, yang semula berlayar menuju Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement