REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggencarkan jajaran Gugus Tugas Covid-19 Surabaya, untuk blusukan ke kampung-kampung, hingga ke pasar-pasar dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Contohnya saat Risma blusukan menggunakan speda motor di Kecamatan Tandes, pada Selasa (7/7) sore, Risma tak segan menegur masyarakat yang kedapatan tidak mengenakan masker, dan tidak menjaga jarak.
"Saya turun di tempat yang pandeminya masih tinggi. Supaya warga tahu bahwa kita masih belum aman. Makanya kita lakukan sosialisasi," ujar Risma di Surabaya, Rabu (8/7).
Selain itu, penertiban masyarakat agar tertib mengenakan masker di pasar-pasar tradisional juga terus digalakan. Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengatakan, kegiatan penertiban masker di pasar-pasar tradisional tak hanya dilakukan pagi dan siang hari. Namun juga dilakukan saat malam hingga dini hari.
“Pelaksanaan penertiban masker kita lakukan serentak dibantu Muspika, Kapolsek, Danramil, dan dipimpin langsung oleh para Camat,” kata Irvan.
Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Estiningtyas Nugraheni mengingatkan, kampanye penerapan protokol pencegahan Covid-19 memang perlu diintensifkan. Utamanya di pasar tradisional, dan tempat makan. Menurutnya, langkah tersebut merupakan bagian penting dari penanganan dan pengendalian Covid-19.
"Pemkot Surabaya semakin gencar melakukan kampanye protokol pencegahan Covid-19. Bahkan, langkah tersebut langsung dipimpin Ibu Risma. Operasi gabungan rutin tiap hari digelar menyasar berbagai tempat. Kampanye protokol pencegahan itu merupakan langkah yang tepat," kata Estiningtyas.
Esti menambahkan, protokol pencegahan penularan Covid-19 sangat berperan dalam mengendalikan jumlah kontak seseorang demgan orang yang membawa virus. Maka dari itu, menurutnya sangat penting bagi masyarakat untuk lebih displin dalam menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19.
"Protokol cegah covid yang direkomendasikan WHO dan gugus tugas adalah pemakaian masker dengan benar, rajin cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak minimal 1,5 hingga 2 meter," kata dia.
Dalam penanganan dan pengendalian covid-19, lanjut Esti, dikenal dengan istilah RT (bilangan reproduksi). Penanganan Covid-19 dianggap berhasil jika bilangan reproduksi kurang dari 1. Prinsip bagaimana agar bilangan reproduksi menjadi di bawah angka 1, adalah dengan mengendalikan 3 aspek penting yaitu laju infeksi, periode infeksi, dan jumlah kontak terhadap virus.
Dia menjelaskan, laju infeksi lebih pada karakteristik virus, yang sulit dimanipulasi. Sementara periode infeksi dapat dikendalikan dengan prinsip dasar 3T dan I, yaitu testing yang agresif, pelaksanaan tracing yang masif, perawatan yang adekuat (treatment) dan isolasi.
"Perawatan yang adekuat salah satunya adalah pentingnya perhatian Pemkot Surabaya terhadap tenaga kesehatan, antara lain ketersediaan alat pelindung diri (APD), kecukupan tenaga dan ketersediaan sarana," ujarnya.
Dia berpendapat, langkah yang perlu diperkuat oleh Pemkot Kota Suarabaya saat ini adalah bergerak secara serentak. Yaitu dalam mengendalikan periode infeksi dengan tetap menjaga momentum pelaksanaan 3T+I. Sisi lain, pelaksanaan kepatuhan terhadap protokol pencegahan penularan Covid-19 sebagai wujud pengendalian jumlah kontak, juga harus terus didorong.
"Strategi dan langkah apa yang dipilih, tentunya pihak Pemkot Surabaya lebih memahami tentang konteks kelebihan dan kekurangannya, termasuk bagaimana kearifan lokal warga Surabaya," kata dia.