Rabu 08 Jul 2020 17:31 WIB

Sekolah Lapang Iklim BMKG Hadir di Temanggung

Lokasi tanam berada di Desa Kalimanggis, Kaloran, Temanggung.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam acara Seremonial Perdana Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional di Desa Kalimanggis, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (7/7).
Foto: Dok. Bmkg
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam acara Seremonial Perdana Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional di Desa Kalimanggis, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI), seiring dengan masuknya masa tanam cabai di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Lokasi tanam berada di Desa Kalimanggis, Kaloran, Temanggung. 

SLI Tahap III ini dihadiri langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Sekda Temanggung Hary Agung Prabowo, dan diikuti oleh seluruh Stasiun Klimatologi melalui sambungan video conference. Hadir pula secara virtual Anggota DPR RI Komisi V, Sudjadi. 

"Kegiatan SLI ini adalah bagian dari upaya BMKG turut mengawal stabilitas produksi cabai merah nasional," ungkap Dwikorita usai acara. 

Dwikorita mengatakan, pengetahuan akan iklim dan cuaca menjadi bekal penting bagi petani dan juga penyuluh pertanian untuk meningkatkan hasil panen dan menjaga pasokan cabai sepanjang tahun, sehingga dapat membantu mengurangi fluktuasi harga di pasar. 

Mengingat, kata Dwikorita, cabai adalah salah satu komoditas pertanian yang menyumbang tinggi rendahnya laju inflasi di Indonesia. Utamanya cabai merah dan cabai rawit. Dan naik turunnya harga cabai selalu dipengaruhi oleh musim. 

"Tentunya kami berharap melalui SLI ini hasil panen cabai nantinya bisa lebih meningkat. Begitu juga dengan harga cabai di tingkatan petani," ujar dia.

Materi yang diberikan selama SLI antara lain pengenalan alat ukur cuaca dan iklim serta tata cara pengamatan unsur cuaca dan agroekosistem.

Selain itu, peserta juga diberi pemahaman informasi prakiraan iklim atau musim dan Iklim ekstrem, cara budidaya cabai ; pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai ; teknis pemasaran hasil ; analisis usaha tani ; serta teknik pengubinan. 

"Dengan berbagai materi tersebut, petani dapat lebih detail berhitung tentang komoditas tanamnya. Termasuk beradaptasi manakala terjadi cuaca ekstrem yang berdampak pada tanamannya," paparnya. 

Dwikorita menambahkan, kegiatan SLI tidak hanya berfokus pada tanaman cabai saja, namun juga pada tanaman-tanaman bahan pokok lainnya seperti beras dan jagung, serta tanaman hortikultura. Melalui SLI, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan penyuluh pertanian dalam memanfaatkan informasi lklim dan cuaca di wilayah tanam, sehingga stabilitas produksi dan harga tetap terjaga. 

"Beda komoditas tentu berbeda pula penanganannya. Oleh karena itu, pengetahuan akan musim dan cuaca sangat-sangat berpengaruh terhadap produktivitas komoditas tersebut dan harga jualnya," kata dia. 

Dikarenakan Indonesia masih berstatus darurat Covid-19, kata Dwikorita, maka petani dan penyuluh pertanian akan didampingi secara digital. Baik melalui _whatsapp_ grup maupun aplikasi digital "Info BMKG". 

Melalui aplikasi tersebut, secara rutin petani akan mendapatkan update informasi perkembangan cuaca harian serta peringatan dini cuaca ekstrem (hujan, angin, kelembaban, ataupun suhu udara) hingga 7 hari ke depan. 

"Melalui metode tersebut, potensi risiko gagal panen dapat diminimalisir, bahkan  dengan kegiatan ini upaya pemulihan ekonomi yang sempat terpuruk akibat wabah Covid-19,  diharapkan dapat dipercepat, meskipun saat ini wilayah Kabupaten Temanggung telah memasuki musim kemara," kata Dwikorita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement