REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sebanyak 1.652 dosen Universitas Hasanuddin dari seluruh fakultas dan program studi akan mengikuti rapid test selama tiga hari yakni 8-10 Juli 2020.
"Langkah ini merupakan kebijakan pimpinan Unhas, dalam rangka memastikan kesiapan dosen menghadapi aktivitas sehari-hari," kata Sekretaris Unhas, Prof Dr Ir H Nasaruddin Salam, MT di Makassar, Selasa (7/7).
Dia menjelaskan, rapid test ini merupakan upaya untuk memastikan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Unhas dalam mempersiapkan tahun ajaran baru. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu memastikan semua dosen berada dalam kondisi sehat. Yang jelas, lanjut dia, rapid test ini bukan merupakan langkah akhir.
"Sebab bagi dosen yang ditemukan reaktif akan diambil langkah lanjutan, yaitu dilakukan test swab,” kata Nasaruddin.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Makassar saat ini menerapkan aturan perlunya keterangan sehat bagi setiap orang yang akan melakukan perjalanan antarkota. Untuk itu, rapid test menjadi salah keharusan. Apalagi, Pemprov Sulawesi Selatan saat ini memberikan rapid test gratis.
Menurut Nasaruddin, dosen Unhas mau tidak mau harus melakukan perjalanan antarkota, misalnya untuk melakukan penelitian atau pengabdian pada masyarakat. Karena itu, rapid test massal untuk dosen ini juga untuk memfasilitasi mereka, memastikan agar dosen dapat melaksanakan aktivitas tanpa hambatan.
Pelaksanaan rapid test ini direncanakan berlangsung pada tanggal 8-10 Juli 2020, bertempat di GOR Unhas, Kampus Tamalanrea. Menanggapi hal tersebut, salah seorang Dosen Unhas Nuraeni, ST, M Eng mengatakan, pihaknya tidak keberatan ikut rapid test, karena itu untuk kebaikan bersama.
"Jadi rapid test tidak perlu ditakuti dan dihindari, karena tes ini untuk kebaikan semua pihak, sekaligus untuk mendeteksi dini kalau misalnya menjadi carrier," katanya.