Ahad 05 Jul 2020 12:27 WIB

Gubernur Jabar Minta Para Camat Siaga DBD

Kasus DBD di Kota Tasikmalaya sejak Januari-Juni 2020 tercatat 758 kasus,

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di Perumahan Makmur Jaya, Drangong, Serang, Banten, Rabu (13/5/2020). Pemprov Banten menginstruksikan kedelapan Pemerintahan Kabupatan/Kota yang ada untuk bersiaga menghadapi peningkatan kasus demam berdarah yang kini sudah mencapai 1
Foto: ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di Perumahan Makmur Jaya, Drangong, Serang, Banten, Rabu (13/5/2020). Pemprov Banten menginstruksikan kedelapan Pemerintahan Kabupatan/Kota yang ada untuk bersiaga menghadapi peningkatan kasus demam berdarah yang kini sudah mencapai 1

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA--Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jawa Barat (Jabar) terus mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut Provinsi Jabar menjadi salah satu daerah dengan kasus tertinggi di Indonesia. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jabar hingga Mei 2020, tercatat ada lebih dari 9 ribu kasus DBD. Kasus DBD pada 2020 di Jabar adalah pada Januari ada 2.213 kasus dengan 20 kematian. Kemudian, pada Februari terdapat 2.479 kasus dengan 18 kematian, Maret 2.942 kasus dengan 23 kematian, April 888 kasus dengan 10 kematian (yang lapor hanya 12 kabupaten/kota), serta pada Mei ada 759 kasus dengan tujuh kematian (yang melaporkan 14 kabupaten/kota).

Gebernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya telah dalam posisi siaga menghadapi penyakit DBD."Kita siagakan para camat seperti siaga Covid-19," kata dia di Tasikmalaya, Ahad (5/7).

Sementara itu, kasus DBD di Kota Tasikmalaya sejak Januari-Juni 2020 tercatat 758 kasus, dengan 17 angka kematian. Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya telah menetapkan status pra-kejadian luar biasa (KLB) agar penanganan DBD lebih massif.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, DBD adalah penyakit yang terus terjadi di wilayahnya dari tahun ke tahun. Menurut dia, untuk mengatasi wabah itu, sudah saatnya masyarakat berorientasi pada pembangunan yang berwawasan kesehatan. "Artinya, dalam membangun rumah atau yang lainnya, kita harus lebih memperhatikan faktor kesehatan. Jangan sampai hanya memeperhatikan estetika saja," kata dia, Sabtu (4/7).

Ia mencontohkan, faktor pencahayaan dan sirkulasi udara dalam bangunan harus menjadi perhatian. Dengan begitu, lingkungan kita menjadi sehat. Pasalnya, awal dari penyebaran penyakit menular berasal dari lingkungan yang tidak sehat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, kasus DBD saat ini lebih tinggi dibandingkan kasus pada tahun-tahun sebelumnya. Uus mengatakan, angka pasien DBD di Kota Tasikmalaya pada 2016 dengan 759 kasus. Namun, angka itu dapat ditekan pada 2017 menjadi 298 kasus, 223 kasus pada 2018, tapi kembali memgalami kenaikan pada 2019 menjadi 672 kasus. Sementara, sejak Januari-Juni 2020, kasus DBD di Kota Tasikmalaya telah mencapai 758 kasus.

Sebelumnya, Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan, pihaknya telah mengundang para dokter dari setiap rumah sakit, klinik, dan puskesmas, untuk melakukan penanganan masif pada kasus DBD. Ia menginginkan, pada Juli 2020 tak ada lagi kasus kematian akibat DBD. "Saya ingin Juli ini turun dan tidak ada angka kematian akibat DBD di Kota Tasikmalaya," kata dia, Kamis (2/6).

Budi mengatakan, pada dasarnya penyakit DBD itu bisa ditangani hingga pasien sembuh. Namun, penanganan harus dilakukan dengan maksimal. Ia tak ingin mendengar adanya keterlambatan dalam penanganan DBD. "Penanganan DBD jangan sampai terlambat. Itu yang menimbulkan permasalahan," kata dia. 

Selain mengumpulkan para dokter, Budi juga telah mengumpulkan para camat. Tujuannya tak lain untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan juga program menguras, menutup, dan mengubur (3M).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement